Indonesia adalah negara kepulauan dari Sabang sampai Merauke yang mempunyai daya tarik tersendiri. Negara ini menyimpan segudang warisan budaya dari suku-suku yang menetap. Peninggalan sejarah yang dikenal dunia sebagai 7 keajaiban dunia seperti Candi Borobudur dan pariwisatanya menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Tidak terpungkiri keindahan wisata negara ini membuat takjub wisatawan. Bahkan sektor pariwisata yang membuat perekonomian negara stabil. Banyak juga wisata lain seperti Pantai Kuta di Bali yang menjadi ikon wisata yang banyak pengunjungnya. Namun, sekarang ini pandemi Covid-19 memberi dampak tidak terkecuali pada sektor pariwisata, namun seiring waktu berjalan perekonomian dapat pulih kembali dengan improvisasi yang dilakukan para pemangku kepentingan.
Di samping pariwisata yang dikagumi wisatawan, Indonesia memiliki keanekaragaman fauna dan flora yang langka yang mendukung daripada pariwisata, seperti Pulau Komodo di NTT. Pada tempat ini wisatawan diperbolehkan untuk melihat hewan langka yang masih hidup. Indonesia memang memiliki daya tarik tersendiri sehingga wajar saja banyak wisatawan dari dalam maupun luar negeri rela berkunjung.
Melville J.Herkovits menyatakan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang bersifat superorganic, karena kebudayaan bersifat turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, walaupun manusia yang ada didalam masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran (Soerjono Soekamto:2006:150). Oleh karena itu budaya sifatnya turun-temurun. Budaya yang diwariskan tidak terbatas pada pemandangan alam melainkan produk-produk yang tercipta. Salah satunya ada batik yang menjadi identitas bangsa Indonesia yang sudah mendunia. Batik ini dibuat oleh pengrajin Indonesia telah dikenal dunia dan diakui sebagai warisan budaya negara ini. Batik ini juga telah diakui oleh UNESCO sebagai Intangible World Heritage Of Humanity yang sudah sepantasnya dilestarikan agar tidak pudar akibat waktu yang berjalan. Kesadaran masyarakat yang tinggi dengan mengenakan batik membuat batik ini populer dan meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan meskipun di kala pandemi, nilai ekspor semakin meningkat. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, industri telah menyumbangkan devisa selama periode bulan Januari-Juli 2020 sebesar US$ 21,54 juta dan hasil ini telah meningkat signifikan daripada tahun sebelumnya. Industri batik telah banyak berkontribusi dan memiliki pasar di negara asing termasuk Jepang, Amerika Serikat dan juga Eropa. Tentu ini merupakan hasil baik terhadap perekonomian Indonesia.
Warisan budaya lain yang tak kalah membanggakan adalah keragaman suku, bangsa serta bahasa peninggalan suku pendahulu. Warisan ini jelas harus dipelajari karena memiliki banyak hal serta manfaat di dalamnya, seperti ilmu dukun patah yang mampu menyembuhkan tulang patah tanpa harus melakukan operasi pen. Manusia pribumi Indonesia juga dikenal akan keramah-tamahannya dalam menyambut tamu yang berkunjung oleh karena itu para pengunjung yang belum dan sudah pernah datang untuk berlibur tidak akan menyesali sudah pernah berlibur maupun mampir ke Indonesia. Negara Indonesia juga termasuk salah satu negara yang memiliki kerja sama dan hubungan yang baik dengan berbagai negara lain.
Melihat dari semua hal yang telah dipaparkan diatas sudah jelas sekali bahwa kaum milenial yang akan menjadi generasi penerus bangsa di masa mendatang harus bangga akan warisan budaya Indonesia yang melimpah dan sudah mendunia ini. Banyaknya warisan budaya ini yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perekonomian Indonesia harus dijaga sebaik mungkin. Masa yang sekarang dihadapi sangatlah sulit bagi semua negara termasuk Indonesia terutama dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19, namun jika saja negara dan penduduk bisa menjaga, mengelola, memelihara dan mempromosikan lebih tentu akan mencapai target yang diharapkan bahkan melebihi ekspetasi yang telah dibuat, karena jika bukan kita siapa lagi. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa haruslah bangga telah menjadi warga negara Indonesia ini.
Referensi:
Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grapindo Persada)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H