Pendidikan menjadi aspek yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang manusia, di Indonesia proses ini sudah dilakukan sejak manusia beranjak usia anak-anak dengan tahapan pendidikan formal seperti TK, SD, SMP, SMA hingga Kuliah di Universitas. Sedangkan untuk pendidikan informal biasanya berupa sekolah keagamaan seperti pesantren, madrasah, dan lain-lain.
Penanaman integrasi keilmuan kepada anak-anak diharapkan bisa menghasilkan pribadi yang cerdas dan jauh dari kebodohan, pada hakikatnya manusia memang tidak pernah berhenti tumbuh, entah tumbuh secara fisik maupun secara nalar. Proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah ditujukan untuk membentuk pribadi manusia yang cerdas, dimana guru mengajari peserta didik sebuah hal baru yang dianggap akan memiliki manfaat bagi kehidupan peserta didik berdasarkan kurikulum yang sudah ditentukan.
Praktik mencerdaskan umat ini didukung dengan adanya dalil hadis riwayat Imam At-Thabrani, dengan bunyi hadis sebagai berikut:
Artinya: "Tidak pantas bagi orang yang bodoh mendiamkan kebodohannya dan tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya."
Landasan hadis diatas secara tekstual mengutuk kebodohan sebagai sesuatu yang tidak pantas didiamkan, sehingga hal ini menunjukkan keharusan penghilangannya. Begitu pula bagi orang yang berilmu tidak pantas mendiamkan ilmunya, dapat dipahami bahwasanya proses belajar mengajar memanglah sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dimana orang berilmu sebagai pengajarnya dan orang bodoh sebagai orang yang belajar guna menghilangkan kebodohannya.
Pada era digital ini akses keilmuan sudah tidak lagi sulit untuk didapatkan, berbagai jenis literatur keilmuan hampir semuanya bisa diakses hanya dengan bermodalkan internet dan gadget. Sangat disayangkan apabila kesempatan emas seperti ini kita lewatkan begitu saja, aplikasi sosial media seperti youtube, tiktok, facebook, instagram maupun twitter sekarang sudah banyak menampilkan berbagai jenis literatur keilmuan.
Kemudahan dalam mengakses keilmuan ini sangatlah berdampak baik bagi proses mencerdaskan umat, fenomena ini memberi jalan pintas bagi seseorang untuk menghilangkan kebodohannya tanpa perlu duduk dibangku sekolah. Hal serupa juga berlaku bagi seorang yang memiliki ilmu, fenomena ini justru memudahkan seorang guru dalam ikut andil mencerdaskan umat, dimana penyampaian literatur yang dilakukannya akan terus bisa diakses dalam bentuk jejak digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H