Mohon tunggu...
Alvina Aqidhatul Izah
Alvina Aqidhatul Izah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Grow Up and Never Give Up!

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Pentingnya Mengenali Diri Sendiri

21 November 2021   23:45 Diperbarui: 22 November 2021   10:28 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://images.app.goo.gl/Q3AXWWHnVVmrHwZJ9

          Gitasav menceritakan tentang hal-hal yang ia dapatkan ketika mengunjungi tempat terkenal di berbagai negara, pengalamannya ketika bertemu dengan orang baru, mengemukakan opininya mengenai cyber bullying, dan beberapa tips pengembangan diri. Buku ini juga bisa dikatakan sebagai sarana bagi penulis untuk mengenal dirinya lebih dalam lagi.

          Gitasav datang dari keluarga medioker, lahir sebagai orang yang tidak memiliki passion, ambisi, dan cita-cita. Hanya ada satu hal yang ia inginkan sejak kecil, yaitu keliling dunia karena tertarik dengan bahasa, kultur, serta orang-orang di berbagai macam negara. Ketertarikan ini muncul karena kebiasaan mamanya bercerita saat hidup di Jerman sebelum Gitasav lahir.

          Ia memiliki misi pribadi, yakni ingin pergi ke 30 negara sebelum usia 30 tahun. Misinya hampir tercapai, ia sudah mengunjungi 25 negara sebelum umurnya yang ke-30 tahun. Dari pencapaian misinya, Gitasav mendapat satu pelajaran penting bahwa ucapan adalah doa. Segala impian harus diimbangi dengan keyakinan bahwa impian pasti bisa diraih di kemudian hari.

         Dalam buku keduanya ia bercerita betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan akademis dan pengembangan diri. Saat menjadi mahasiswa baru di Jerman, Gitasav memiliki keinginan untuk fokus belajar bahasa Jerman karena ia akan kuliah selama beberapa tahun ke depan. Ambisinya untuk belajar sangat kuat. Gitasav memiliki prinsip, yakni bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Kurangi jalan-jalan dan prioritaskan belajar. (hal. 14)

          Selama lima tahun berkutat dengan kesibukan akademis di Jerman, ia menyadari pada masa itu ia hanya fokus dengan kuliah tanpa memikirkan yang lain, seperti belajar berorganisasi, memperluas pertemanan, dan ikut komunitas-komunitas lokal untuk mengasah soft skill yang bisa berguna di kemudian hari. Bagi Gitasav kuliah merupakan pengalaman yang membuat sedikit trauma karena saat itu ia tidak tahu caranya bahagia.

         Gitasav juga menceritakan tentang pengalamannya ketika mendapatkan cyber bullying atau perundungan di dunia maya. Penulis menceritakan perasaan dan dampak yang ia dapatkan ketika mendapatkan cyber bullying dari orang yang tidak ia kenali di media sosial. Ia tetap sabar dan berusaha menguatkan diri.

         Kelebihan buku ini adalah cara penyusunannya menjadi salah satu poin tambahan dari A Cup of Tea. Membaca buku ini seperti mendengar cerita dari sahabat kita sendiri. Metode penulisannya longgar, lugas, dan jelas memberikan banyak pengetahuan kepada pembaca setianya. Selain itu, cerita yang dibagikan Gitasav sangat menarik. Membaca buku ini membantu kita membuka mata bahwa dunia tidak hanya terbatas pada daun kelor. Dunia ini luas dan masih banyak kehidupan lain yang menarik untuk kita ketahui.

         Secara umum buku ini sangat bagus untuk diapresiasi, tetapi masih ada beberapa hal yang kurang. Buku ini sepertinya dikhususkan untuk menceritakan pengalaman Gita yang tidak memiliki hubungan satu sama lain. Bagian satu dengan bagian berikutnya tidak saling berkesinambungan. Setiap cerita akan selesai dalam satu bab saja. Buku ini juga hanya memiliki halaman yang tidak terlalu tebal. Keterbatasan halaman menyebabkan beberapa bagian masih terasa ada yang belum ia sampaikan. Buku ini juga tidak memiliki daftar bab yang membuat sedikit sulit bagi pembaca untuk mengamati bagian yang mereka butuhkan untuk membaca dengan teliti.

         Terlepas dari kekurangannya, secara keseluruhan buku A Cup of Tea ini adalah buku yang layak dan harus dibaca dengan teliti. Khususnya bagi kita yang masih dalam proses mencari jati diri. Sebagian dari pengalaman Gitasav serta kalimat positif yang tertulis dalam buku ini menjadi sebuah motivasi bagi pembacanya. Gue harap kalian nggak bosan dilempar kotoran, tersandung batu, didera badai dan hujan. You are a fighter. You are awesome. Don't let other people say otherwise. (hal. 163)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun