Mohon tunggu...
Alvina Widyastuti
Alvina Widyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Love your self

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Tak Pernah Disesali tetapi Selalu di Rindu

20 Januari 2024   14:16 Diperbarui: 20 Januari 2024   14:17 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Dea itulah namanya, gadis sederhana dan lugu yang selalu berusaha untuk ceria melewati hari-harinya. Waktu kecil Dea selalu dekat dengan ibunya, ia sangat jarang mengobrol dengan ayahnya bukan hanya sekedar mengobrol mungkin bisa dikatakan kurang kasih sayang dari seorang ayah. Yaa mungkin karena ayahnya bisa dibilang galak dan sedikit tempramental. Hal itu membuatnya sedikit sedih dan cemburu karena ia ingin seperti teman-temannya yang diperhatikan seperti diantar ke sekolah ataupun bersenda gurau dengan ayahnya. Kata orang cinta pertama anak perempuan itu adalah ayahnya. Nyatanya itu hanya lintas harapan dari Dea, karena disaat ia paham apa itu kasih sayang malah saat diumur 12 tahun ia sudah ditinggal oleh ayahnya. Itu umur yang terlalu muda bukan karena diumur-umur itu ia telah kehilangan sosok laki-laki cinta pertamanya meskipun ia hanya mendapat sedikit perhatian dari sosok laki-laki tersebut. 

          Menginjak umur remaja-dewasa ia harus mandiri karena faktor keadaan, mau mengandalkan siapa lagi kalo bukan dirinya sendiri, beruntungnya ia punya sosok wanita lemah lembut, sederhana, pekerja keras dan memiliki juang yang tinggi untuk hidup tak lain adalah ibunya. Wanita tangguh yang selalu mendukung di saat dea sedih maupun senang. Karna ia lah Dea tak merasa kesepian, dan hampir sudah tak cemburu dengan teman-temannya yang selalu dapat perhatian dari sosok ayah mereka.

         Mungkin bagi Dea hidupnya sedikit kosong dan hampa, tapi ia tak pernah menyesali atas setiap kejadian yang menimpanya. Ia berusaha untuk ikhlas dalam menjalani hari-hari meskipun ia harus berpura-pura untuk kuat dan ceria. Ia sungguh memendam rasa sedih jika teringat sosok ayahnya. Meskipun ia bisa dibilang sedikit mendapat perhatian dari ayahnya tapi ia rindu dekapan dari sosok laki-laki tersebut. 

        Untuk engkau yang telah lama hilang dariku, meski alam yang membuat kita tak lagi bertemu, ketahuilah aku masih merasakan rindu yang sama dimana rindu yang penuh dengan sayatan hati dan samudera air mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun