Berawal dari hobinya yang suka minum kopi dan nongkrong, Alvin Yanuardi yang lebih akrab dikenal dengan Alvin, pemilik Seca Coffee diKota Tegal membuktikan keberhasilannya dalam membangun coffee shop yang lebih dikenal dengan kedai Kopi Seca itu dengan omset perharinya Rp 400rb-1juta. Selain itu, ia berhasil memberikan lapangan pekerjaan bagi dua karyawannya
Pada bulan Januari di tahun 2020 menjadi awal mula perjuangan Alvin, dalam memulai bisnisnya di bidang beverage and food. Hingga pada bulan Juli 2020, ia resmi membuka Kopi Seca untuk yang pertama kalinya.
“Awal mula terciptanya Kopi Seca itu, berawal dari saya kuliah di Yogyakarta, sudah berkecimpung di dunia perkopian. Jadi, memang trigger-nya dari situ. Selain itu di Kota Tegal belum terlalu banyak coffee shop jadi kalo mau nongkrong, susah,” ungkap Alvin saat menceritakan asal mula berdirinya Kopi Seca.
Nama Kopi Seca pun terinspirasi dari banyaknya lika liku perjuangan membuka kedai Seca dari awal mula datangnya covid. Dan saya pas waktu itu masih kuliah di UII Yogyakarta masih mengikuti perkuliahan yang berjalannya perkuliahan daring, dimulai dari perkuliahan yang suka daring atau jalannya perkuliahan itu secara online disitu lah saya mulai suka nongkrong dibanyak coffee shop. Dari sini ide pun muncul untuk membangun coffee shop ini tentu saja bukan waktu yang singkat, namun berawal dari dirinya yang suka minum kopi sambil ngerjain tugas kuliah dicoffee shop.
Keberhasilan Alvin dalam membangun Kopi Seca ini juga tidak luput dari peran keluarganya dalam mengelola bisnisnya. Di mana ia mengakui bahwa Kopi Seca ini dikasih modal sama keluarga dan saya dikasih kepercayaan lebih untuk mengelola coffee shopnya. Bahkan tak jarang ketika Alvin berhalangan untuk mengelola coffee shop miliknya secara langsung, keluarganya lah yang akan meng-handle coffee shop nya tersebut.
Namun, di balik kesuksesan dari Kopi Seca, Alvin mengatakan bahwa untuk mempertahankan keberhasilan bisnisnya yaitu dengan tetap menjaga keoriginalitasan dan kualitas Kopi Seca serta harus berbeda dari yang lain. Meskipun begitu Alvin mengakui bahwa ia pun memiliki kesulitan-kesulitan selama membangun usahanya ini.
“Kesulitan saat membangun bisnis coffee shop ini, mungkin ada pada ketersediaan stok dan alat-alat yang dipakai untuk membuat kopi atau memproses kopi di sini sangat terbatas. Jadi harus beli di tempat lain yang mahal di ongkos kirim,” jelas Alvin.
Berhasil memiliki kedai dengan omzet yang terbilang besar di usia berdirinya yang masih muda, tak membuatnya berhenti untuk berusaha mengembangkannya. Bisnis coffee shop ini memang sedang banyak disenangi oleh para pebisnis muda, maka dari itu Alvin juga berpesan kepada orang-orang di luar sana yang memiliki keinginan membuka usaha yang sama sepertinya.
“Berani memulai dan berani berbeda dari yang lain,” jelas Alvin.