Mohon tunggu...
Alvin Garin
Alvin Garin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Homoseksualitas di Indonesia

26 Februari 2018   11:30 Diperbarui: 26 Februari 2018   11:43 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia sejak dini telah diajari tentang norma-norma dan nilai-nilai sosial yang ada di lingkungannya. Tetapi ada saat dimana manusia melakukan perilaku yang tidak diharapkan oleh lingkungan atau masyarakat sekitar, yang disebut perilaku yang menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dianut masyarakat secara keseluruhan.

Belakangan ini, banyak sekali berita yang menunjukkan semakin maraknya Homoseksualitas atau dikenal dengan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender) terjadi di Indonesia. Homeseksualitas mengacu kepada interaksi seksual individu antar individu dengan kelamin yang sama. Kata homoseks mengarah kepada hubungan intim tetapi berjenis kelamin sama dan bisa disebut dengan gay atau lesbian. Istilah gay adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Sedangkan lesbianmengarah kepada wanita yang homoseks.

Fenomena LGBT ini bisa terjadi karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi tentunya. Secara biologis, faktor-faktor seperti anatomi  dan ketidakseimbangan hormonal juga dapat berpengaruh terhadap orientasi seksual seseorang. Di lain pihak, orientasi seksual juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan bisa jadi lebih berperan terhadap orientasi seksual seseorang, tetapi lebih banyak kasus yang menunjukkan bahwa kejadian ini diakibatkan oleh faktor biologis.

Misalnya, ketika laki-laki kelebihan hormon perempuan, maka laki-laki ini akan lebih kelihatan berperilaku seperti wanita atau mungkin menjadi biseksual. LGBT juga bisa disebabkan oleh faktor traumatik, contohnya adalah ketika ada seseorang laki-laki yang mempunyai rasa sangat kecewa dengan perempuan, laki-laki itu akan lebih cenderung bergaul dengan sesama jenisnya dan kemudian akan tumbuh rasa ketertarikan di antara mereka. Meski terdengar lucu, tetapi bisa saja terjadi. Menurut banyak sumber, Homoseksualitas merupakan sebuah penyakit dan pastinya seseorang yang mengidap penyakit harus disembuhkan.

Di Indonesia LGBT jelas ditolak mentah-mentah oleh para masyarakat yang tinggal di sana. Karena sudah jelas bahwa fenomena itu sangat bertentangan dengan ideologi Pancasila. Sila pertama pancasila sudah menjadi senjata para orang-orang yang kontra terhadap LGBT karena adanya aspek agama. Karena itulah kebanyakan warga negara Indonesia sangat anti terhadap fenomena ini.

LGBT di Indonesia setidaknya sudah ada sejak era 1960-an. Ada yang menyebut dekade 1920-an. Namun, pendapat paling banyak menyebut fenomena LGBT ini sudah mulai ada sekitar dekade 60-an. Lalu, ia berkembang pada dekade 80-an, 90-an, dan meledak pada era milenium 2.000 hingga sekarang. Jadi, secara kronologis, perkembangan LGBT ini sesungguhnya telah dimulai sejak era 1960-an. Kalau dulu terkenal Sentul dan Kantil, kini sebutannya adalah Buci dan Femme. (1)

LGBT menjadi penyimpangan sosial yang bersifat sekunder, yang berarti tidak dapat di toleransi lagi oleh kebanyakan orang. Orang yang kontra terhadap fenomena ini sangat menekan komunitas ini, misalnya banyak sekali para anggota komunitas LGBT yang dilaporkan telah dianiaya. Dari hasil survei di tahun 2005 terdapat dua alasan utama mengapa para anggota komunitas LGBT mengalami penganiayaan. Pertama, orientasi seksual pribadi dan yang kedua adalah cara mereka mengekpresikan gender seperti dari penampilan, cara berbicara, dan sebagainya. Penganiayaan yang mereka dapat bisa mempengaruhi cara mereka melihat hidup apalagi ketika mereka sudah dewasa.

Sebenarnya ini juga harus diperhatikan karena, orang yang menganggap LGBT adalah suatu penyimpangan, memperlakukan mereka dengan melakukan penyimpangan juga. Oleh karena itu bisa dilihat bahwa para orang yang anti terhadap mereka malah menimbulkan rasa takut bagi mereka yang dianiaya.  Tetapi ada juga para anggota LGBT yang sudah dianiaya, mereka malah memperkuat diri dengan mengajak para sesamanya untuk menyuarakan dengan lantang siapa mereka dan mereka tidak takut dengan diskriminasi yang dilakukan oleh banyak orang.

Sesuatu yang kontra pasti ada pro nya juga. Orang- orang yang pro menimbulkan rasa simpati terhadap mereka pada saat para anggota komunitas LGBT dikucilkan atau bahkan dianiaya  oleh para orang yang membecinya, orang-orang yang pro terhadap fenomena ini mempunyai pikiran bahwa mereka sebagai manusia harus diperlakukan dengan adil juga, meskipun mereka dianggap menyimpang oleh kebanyakan orang.

Secara keseluruhan Homoseksualitas telah menjadi musuh bagi kebanyakan orang di Indonesia karena tidak sesuai dengan ideologi mereka. Pemerintah harus bertindak dengan cermat terhadap fenomena ini agar tidak terjadi hal yang diinginkan. Jangan lihat mereka karena mereka terlihat berbeda, tetapi berpikirlah mengapa mereka terlhat berbeda. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun