Di dalam kehidupan manusia sering sekali terjadi pasang surut dalam aspek interaksi sosial. Habis 'cekcok' baru baikan. Hal ini juga berkaitan dengan apa yang dikemukan oleh Hegel, yaitu dialektika.Â
Adanya dua hal yang dipertentangkan kemudian didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan) yang dilawan oleh antithesis (pengingkaran), yang memunculkan sebuah sintesis (kesatuan kontradiksi). Lagi-lagi hal tersebut tercermin dalam hubungan antar negara-negara, contohnya Indonesia dan Australia. Kedua negara sudah beberapa kali mengalami ketegangan diplomatik, seperti masalah penyadapan dan imigran gelap. Namun, hal itu tidak menghambat kedua negara ini untuk memperbaiki hubungan mereka. Apalagi, secara geografis kedua negara ini saling bersebelahan.
Tahun 2017 kemarin. Indonesia dan Australia melakukan pertemuan Ministerial Council Meeting on Law and Security (MCM) ke-4 di Brisbane, Australia. Dalam pertemuan itu, representatif negara Indonesia adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Bapak Wiranto. Australia diwakilkan oleh Jaksa Agung, George Brandis. Pertemuan ini mempunya objektifitas untuk meningkatkan kerja sama di bidang hukum dan keamanan, khususnya penanganan terorisme dan radikalisme, baik secara bilateral, regional, bahkan global. Seperti yang kita tahu, belakangan ini Indonesia selalu digoreng dengan isu-isu berbau ekstremisme dan radikalisme, yang menyebabkan munculnya terorisme.
Bapak Wiranto berpendapat bahwa pertemuan ini bersifat sangat membangun dan menghasilkan langkah-langkah nyata, dalam bidang countering terrorism financing, counter violent extremism and deradicalization, cyber security, and broader law, justice and security cooperation.Beliau juga, mengungkapkan keinginannya agar Australia turut andil dalam forum monitoring implementasi sanksi terkait ISIS/ISIL.
Tidak hanya di level ministerial saja, kedua kepala negara dari negara Indonesia dan Australia ini juga bertemu dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Hamburg, Jerman. Indonesia yang diwakilkan oleh Presiden Jokowi Widodo dan didampingi Ibu Retno sebagai Menlu sepakat dengan Perdana Menteri Australia, Malcom Turnbull, bahwa terorisme merupakan permasalahan yang serius dan menjadi ancaman global. Saat itu juga Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, akan meningkatkan kerja sama counter-terrorism pada level sub-kawasan.
Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa adanya suatu konflik yang membangun. Memang hubungan antar kelompok bisa tidak stabil, namun itu tidak menghalangi mereka untuk tetap berevolusi dan transformasi demi kebaikan kelompok itu sendiri.
Daftar Pustaka
- Indonesia-Australia Tingkatkan Kerja Sama Penanganan Terorisme dan Radikalisme
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia-Australia Tingkatkan Kerja Sama Penanganan Terorisme dan Radikalisme",
Penulis : Kristian Erdianto
 Indonesia-Australia Tingkatkan Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dan PerdanganganÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H