Monkeypox adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Monkeypox virus, anggota keluarga Poxviridae. Gejalanya mirip dengan cacar (smallpox), tetapi lebih ringan. Gejala umum meliputi demam, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan lesi kulit. Semua kelompok usia rentan terhadap infeksi ini, terutama mereka yang memiliki kontak erat dengan penderita atau hewan terinfeksi.
Wabah besar pertama di luar Afrika terjadi pada 2022, saat WHO menyatakan monkeypox sebagai Darurat Kesehatan Global. Awalnya, penyakit ini ditemukan di daerah tropis Afrika, tetapi sejak 2022, telah menyebar ke berbagai negara, termasuk yang sebelumnya non-endemik. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat kasus di Eropa, Amerika, dan Asia.
Dr. Rosamund Lewis, Kepala Divisi Monkeypox di WHO, menyebut bahwa virus ini menunjukkan pola penularan unik dalam wabah terbaru, termasuk melalui kontak intim. Meskipun tingkat kematian rendah (sekitar 1-10%, tergantung pada jenis virus), komplikasi seperti infeksi bakteri sekunder dan risiko penyebaran pada populasi tertentu membuat penyakit ini serius. Penyakit ini juga menimbulkan beban kesehatan mental dan stigma sosial
Monkeypox menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, luka, droplet pernapasan, atau benda yang terkontaminasi. Pencegahan melibatkan:
•Menghindari kontak dengan penderita atau hewan terinfeksi.
•Menggunakan masker di ruang publik.
•Mencuci tangan secara rutin.
•Vaksinasi dengan vaksin cacar (smallpox), yang memberikan perlindungan silang.
Penelitian oleh Chen et al. (2023) mengidentifikasi bahwa mutasi genetik virus memengaruhi virulensi, sehingga pengawasan genetik penting dilakukan. Studi lain dari Rimoin et al. (2021) menekankan perlunya pendekatan One Health untuk mengontrol penyebaran, karena monkeypox melibatkan hubungan kompleks antara manusia, hewan, dan lingkungan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H