Mohon tunggu...
Alvien ocTA
Alvien ocTA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Pekalongan - Jogja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Representasi Islam dan Muslim Indonesia di Media

10 April 2022   15:01 Diperbarui: 10 April 2022   15:17 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah 2022 salah satu agenda besar Muhammadiyah dalam mengingatkan bahwa perjuangan belum berakhir, acara dilakukan secara hybrid luring maupun daring. Seminar ini dilaksanakan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta lebih tepatnya di kampus utama UAD pada tanggal 7 sya'ban 1443 H /  10 Maret 2022 M, dengan mengusung tema ''Media, Masyarakat Digital dan Dakwah Muhammadiyah''.

Kegiatan besar ini dikawal oleh Eka Annisa Sari sebagai Master of Ceremony dan Choirul Fajri sebagai Moderator, sambutan pertama disampaikan oleh rector UAD yaitu bapak Dr. Muchlas, M.T. setelah itu sambutan kedua disampaikan oleh Dr. H. Agung Danarto, M.Ag. dan sebelum memasuki pemateri 1 ada kalam dari Prof. Dr. Dadang Kahmad, MA. Sebagai ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Selanjutnya pemateri pertama disampaikan oleh bapak Ismail Fahmi, Ph.D. dengan membawa judul "REPRESENTASI ISLAM DAN MUSLIM INDONESIA DI MEDIA", Beliau menjabat sebagai Director Media Kernels Indonesia (Drone Emprit).

Pembahasan  yang disampaikan oleh bapak ismail di pra muktamar ada beberapa hal, 1. survey jumlah anggota NU dan Muhammadiyah, 2. Peta SNA NU dan Muhammadiyah, 3. Representasi Islam dan Muslim Indonesia di Media.

Di dalam presentasinya beliau menjelaskan bahwa media sangat mempengaruhi kehidupan nyata, walaupun kekuatan media hanya 10%, dikatakan bahwa dari situ, opini yang berada di media akan  berubah bentuk menjadi dasar opini di dunia nyata, kegiatan dakwah banyak berjalan dan diterima masyarakat bukan dilihat apa organisasinya akan tetapi dilihat siapa pendakwahnya, contoh mbak sherliy kata bapak ismail, artinya penggerak dari dakwah masih banyak ruang untuk dilakukan oleh organisasi masyarakat khusus Muhammadiyah dalam membangun media yang edukatif secara syar'i.

Didalam peta media Muhammadiyah masih kecil dibandingkan dengan NU ataupun media yang lain, terlepas dari itu semua banyak isu di media bahwa masih ada penunggang, seperti berita yang muncul di media contoh : Radikalisme, Intoleran, Terorisme dan lain sebagainnya.

Kesimpulan bisa diambil antara lain :

Representasi narasl "lslam" dan "Muslim" di Indonesia di media online dan sosial cukup beragam, tidak seperti representasi dalam media asing (Australia) yang masih terkait terorisme dan ekstrimisme.

Makna paham "radikalisme" akhir-akhir ini menurut definisi pemerintah (atau pro pemerintah) dipersempit pada paham "khilafah" dan "anti toleransi".

Makna luas: Islamisme bukan hanya satu-satunya fondasi, akar, dan sumber radikalisme (baca, kekerasan dan kekacauan) yang membahayakan tatanan sosial (social order), stabilitas bangsa, dan ideologi negara, tetapi juga separatisme, rasisme, maupun etnosentrisme.

Penyebaran paham yang cenderung konservatif dan kadang profokatif melalui media online tampak sangat masif dan menguasai daftar situs keislaman yang paling banyak diakses di Indonesia. Informasi dari situs ini kemudian disebar ke media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun