Mohon tunggu...
Alvi Anugerah
Alvi Anugerah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis jika sedang menggebu-gebu

Humaniora Universal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ridwan Kamil: “Bandung Teknopolis, Hadiah Bandung untuk Indonesia”

27 Maret 2015   13:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:55 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="598" caption="Cetak Biru Bandung Teknopolis. Awalnya, wilayah seluas ini hanya diperuntukkan untuk membangun Real Estate saja/@RidwanKamil"][/caption]

Lewat akun twitter-nya pada tanggal 25 Maret 2015, Ridwan Kamil menjelaskan pada netizen tentang konsep Bandung Teknopolis rancangannya dengan tagar #BDGteknopolis.

Sebenarnya, konsep serupa Bandung Teknopolis telah dirancang dengan nama yang berbeda, yakni Kawasan Pertumbuhan Primer Gedebage. Namun, 10 tahun waktu berlalu, cetak biru tersebut malah terbengakalai. Para developer malah cenderung akan menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan real estate semata.

Akhirnya, konsep kawasan tersebut didekonstruksi pada zaman kepemimpinan  Emil. Dengan branding baru bernama “Bandung Teknopolis”, Emil berharap kawasan itu jadi kawasan pertumbuhan ekonomi dan pusat kota kedua di Bandung.

Melihat sumber daya manusia kota Bandung di bidang ICT (Information, Communication, and Technology) yang sangat siap, dipilihlah konsep pertumbuhan ekonomi berbasis ICT. Setelah dikalkulasi, konsep ini bakal menyerap 400.000 lapangan pekerjaan.

Profesi Arsitek yang pernah digekuti Emil sebelum menjabat Walikota Bandung menjadi salah satu faktor penguat proyek pembangunan ini digagas. Emil tercatat pernah mendesain empat buah teknopolis di kawasan Asia dan Timur tengah. Salah satunya adalah Guangzhou Science City yang ada di Tiongkok.

Ada Apa Saja di Bandung Teknopolis?

[caption id="" align="aligncenter" width="599" caption="Zona Inovasi untuk usaha Start-up. Emil berharap media sosial sekelas Facebook lahir di sini/@RidwanKamil"]

[/caption]

Proyek yang dikelola oleh delapan stakeholder ini akan dibangun pusat riset, zona startup, serta kantor-kantor yang melengkapi standar kota mandiri, seperti hunian, kantor, pusat komersial, dll. Tak hanya itu, kawasan lingkungan hidup di tempat tersebut juga bakal dikelola dengan baik. Direncanakan, ada dua danau besar dengan luas masing-masing mencapai 30 Hektare untuk pencegahan banjir dan persediaan air minum, khususnya di wilayah Bandung timur.

Penataan transportasi juga masuk dalam rencana tata kelola kawasan ini. Monorel dan Guide Bus akan dipersiapkan untuk mengkoneksikan pusat kota Bandung dengan kawasan ini. Akses baru untuk Bandung Teknopolis juga dipersiapkan, yakni exit tol 149 yang akan mulai dikonstruksi tahun ini. Sehingga, akses ke stadion Gelora Bandung Lautan Api pun akan lebih mudah.

Pemkot Bandung tidak sendirian mengelola ini bersama para stakeholder lain. Pemerintah pusat akan turut andil dengan menyiapkan rencana High Speed Train Jakarta-Bandung yang hanya memakan waktu 30 menit saja! Nah, kawasan Bandung Teknopolis jadi stasiun pemberhentian terakhir untuk kereta cepat tersebut. Demi mendukung pusat pertumbuhan baru ini, kantor-kantor SKPD Pemkot Bandung juga turut dipindah ke tempat tersebut. Seperti halnya kota Putera Jaya di Malaysia.

[caption id="" align="aligncenter" width="598" caption=" Danau-danau untuk anti banjir dgn riparian landscape utk filterisasi air kotor/@RidwanKamil"]

[/caption]

Kehadiran Bandung Teknopolis diharap bakal memperkuat visi Bandung sebagai kota ekonomi kreatif berbasis inovasi. Dengan demikian, ada diferensiasi antara Jakarta dan Bandung. “Jakarta kota korporasi, Bandung kota UMKM,”begitu ketik Ridwan Kamil.

Di paruh akhir kuliah tweet-nya, Ridwan Kamil menegaskan bahwa Bandung Teknopolis bukanlah proyek pencitraan dirinya. Bandung Teknopolis adalah hadiah Bandung untuk Indonesia. Di era serba canggih dan serba “pintar” ini, negara sebesar Indonesia harusnya malu belum memiliki kota berbasis inovasi. Indonesia kalah langkah dengan Negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Tiongkok yang telah merintis proyek kota sejenis ini terlebih dahulu.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption=" Paparan kepada British Chambers agar perusahaan-perusahaan teknologi Inggris mau membuka kantornya/@RidwanKamil"]

[/caption]

Salut Kang Emil, Teraskeun!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun