Mohon tunggu...
Abdullah Al Faruq
Abdullah Al Faruq Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa STEI SEBI
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa STEI SEBI jurusan Akuntansi Syari'ah. Seorang fakir ilmu yang berusaha menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Hari Ini adalah Hari Terakhirku di Dunia

4 Maret 2022   00:57 Diperbarui: 4 Maret 2022   01:01 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku membuka kelopak mata pada pagi yang cerah ini, terdengar suara ayam jantan berkokok, embun membasahi dedaunan, dan matahari mulai memancarkan senyumnya. Aku rasa tidak ada yang berbeda, seperti hari-hari biasanya.

Namun, seiring matahari mulai meninggi, barulah aku menyadari bahwa hari ini sedikit berbeda. Ku dengar berita duka dari ponselku. Ya, kawanku menghembuskan nafas terakhir. Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Sungguh berita yang sangat mencengangkan. Tidak disangka, kematian menghampiri salah seorang yang aku kenal dengan begitu cepat. Rasanya sulit dipercaya.

Kawan, kematian pasti akan datang, pada siapa saja, di mana saja dan kapan saja. Berita duka berdatangan, entah dari televisi, internet, grup whatsapp, tetangga, bahkan kerabat terdekat sekalipun. Mereka datang dengan membawa duka lara, sebuah risalah dari Rabbnya. Sebuah kematian datang atas izinNya, menjemput seseorang yang telah selesai masa dakwahnya, menjemput seseorang yang telah gugur daun di lauhul mahfudz. Ya, mereka datang tak mengenal tempat dan waktu, membuat pilu orang yang ditinggalkan. Sungguh, kematian pasti akan datang tanpa kita menjemputnya.

Lantas, sudah sampai mana kita mempersiapkannya? Apakah kita termasuk orang yang terlena dengan kenikmatan dunia, sehingga lupa akan tugas utama sebagai seorang hamba? Atau justru kita yang selalu mengingat kematian, hingga zikir, ibadah dan amal baik selalu membersamai kita?

Kawan, jika hari ini adalah hari terakhirmu di dunia, apa yang ingin kamu lakukan? Aku yakin, aku dan kita semua pasti akan melakukannya yang terbaik, ibadah sekhusyuk mungkin, membayar utang, meminta maaf kepada orang yang selama ini kita sakiti, berbuat baik ke semua orang, bersedekah sebanyak mungkin, memohon ampun kepada Allah, hingga bibir tak luput dari dzikir sepanjang hari.

Akankan saat ini kita sudah melakukan hal-hal tersebut?

Mari intripeksi diri!

Sebagai seorang muslim yang memeluk agama Allah, tugas dan tanggung jawab kita tidak lain tidak bukan adalah memperbanyak amal kebaikan agar ketika di yaumul hisab kelak timbangan itu menjadi berat. Ya, timbangan amal kebaikan kita. Well, sampai saat ini tidak ada yang tau seberapa berat amal ibadah kita, seberapa sering sujud kita, seberapa banyak ibadah kita diterima oleh Allah. Begitu juga dengan dosa. Sungguh tidak ada yang bisa menimbang-nimbang dosa kecuali timbangan di yaumul hisab, tidak ada yang tau berapa banyak maksiat yang akan menjerumuskan kita, berapa banyak maksiat yang tak terlihat oleh orang lain, hanya diri ini dan sang Rabbi yang maha mengetahui.

Wahai Allah yang maha pengampun, ampunilah kami, sayangilah kami dengan kasihmu yang tulus, ampunilah kami atas dosa yang kami perbuat, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat oleh orang lain. Bimbinglah kami, satukanlah kami di surgamu yang Agung. Tiada tempat yang layak untuk kami memohon kecuali kepadamu.

Yuk, sama-sama memperbaiki diri.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun