Mohon tunggu...
ALVIANA CAHYANTI
ALVIANA CAHYANTI Mohon Tunggu... -

SMA N 1 Purworejo (Muda Ganesha '10) |\r\nMahasiswi aktif jurusan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Fokasi |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Positifkah Yogyakarta di Mata Anda?

13 Desember 2013   15:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:58 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih tentang Jogja. Entah kenapa Jogja selalu asyik saja untuk dibicarakan. Walaupun sudah cukup lama tinggal di Jogja, tapi kota yang satu ini masih belum membuatku jera (bosan untuk membahasnya). Kalau ada slogan “Jogja Istimewa”, itu pas sekali untuk menggambarkan Jogja. Karena memang, Jogja itu unik dengan segala keistimewaannya, semua yang ada, semua yang terjadi, dan semua yang dimiliki oleh Jogja itu betul-betul punya poin istimewa tersendiri di hati saya. Tetapi apakah istimewa yang saya maksud ini beralasan? Mungkin ini perlu ada sedikit penjabaran dari kata “ISTIMEWA” itu sendiri.

Untuk memulai penjabaran itu, saya teringat salah satu komunitas muda-mudi yang satu ini, mereka masih selalu produktif ramaikan kota Jogja. Siapa komunitas ini? Mengapa menjadi begitu istimewa untuk dibahas? Bagi saya, apapun yang saya tulis, berarti hal itu perlu diberi sedikit perhatian. Apakah itu sekedar untuk menjadi inspirasi, kritisi, ataukah sampai pada makna yang jauh lebih dalam daripada itu, yang terkadang tak terbaca oleh kebanyakan orang.

Seperti kata orang di luar Jogja bilang selama ini –sejauh yang selama ini saya dengar, Jogja itu belum bisa dikatakan ber-images baik, banyak dari mereka yang mengatakan bahwa Jogja penuh dengan “kegelapan”. Kegelapan yang dimaksud di sini adalah, bahwa di luar sana banyak orang menilai Jogja itu tidak aman bagi anak-anak mereka, bahwa Jogja itu akan memberi dampak buruk bagi anak-anak maupun orang terdekat mereka, bahwa Jogja penuh dengan gemerlap kesenangan yang tidak bermanfaat, dan lain sebagainya. Semua pendapat-pendapat itu dilontarkan sebagian besar orang sebagai bahan pertimbangan ketika mereka ditanya atau ketika mereka akan memutuskan untuk melepas anak-anak mereka yang hendak pergi melanjutkan studi, baik pendidikan menengah atas maupun perguruan tinggi. Saya yakin semua pendapat itu bukan tanpa alasan.Saya membenarkan hal itu, memang, sebagian dari Jogja ini ada sisi yang bisa disebut ‘gelap’ itu tadi. Banyak hal buruk terjadi di Jogja. Dan itu benar adanya. Dari serangkaian peristiwa sehari-hari yang saya alami maupun lewat beberapa studi yang pernah saya dan teman-teman seperjuangan di bangku kuliah ini lakukan, ada beberapa komunitas masyarakat di Jogja yang memang di luar batas standar keharmonisan sebuah lingkungan sosial. Mereka hidup dengan cara-cara yang penuh ‘kegelapan’. (saya menganggap para pembaca paham dengan makna “kegelapan” ini, yang mana bagi saya arti kata ini sangat vulgar untuk disebutkan).

Saya memang tidak menyalahkanbeberapa pernyataan dan pendapat mereka tentang Jogja itu. Memang, sebagian benar adanya. Namun masih ada sebagian komunitas lagi yang saya sebutkan di awal penting untuk dibahas dan dicermati, yang mana komunitas ini memberikan nilai positif bagi muda-mudinya di Jogja. Banyak komunitas positif yang sebenarnya bisa untuk diikuti. Jogja menyediakan lahan luas untuk itu jika muda-mudinya bisa mencermati. Jogja kaya akan budayanya, mulai dari olahraga, wirausaha, seni, dan bidang-bidang lain.

Olahraga. Di Jogja ada komunitas malam sabtu. Yaitu bersepeda massal. Kegiatan ini hampir tidak pernah absen. Komitmen dan semangat muda-mudinya luar biasa. Mungkin jika dilihat, kegiatan ini bukan kategori kegiatan olahraga yang utuh, namun bagi saya yang melihat, esensinya pada semangat komunitas yang terus kompak melanggengkan kegiatan malam Sabtu ini. Artinya mereka punya kegiatan yang positif, dan nilai positif ini yang terkadang jarang disadari, walaupun dengan kegiatan sederhana, namun kegiatan semacam ini dapat sebagai ajang belajar membangun serangkaian kegiatan-kegiatan positif.

Wirausaha. Bagi yang suka berwirausaha, berkreasilah, Jogja sudah menyediakan Sunday Morning, atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Sunmor. Tuangkan ide-ide kreatif, keahlian bermitra, berwirausaha, dan berkarya. Sunmor sudah tidak asing lagi bagi kalangan muda-mudi. Sunmor bagi saya bukanlah tempat semacam pasar pagi semata, namun lihat lah, para muda-mudi (biasanya mahasiswa) bisa menghasilkan uang saku sendiri dengan ide-ide kreatif mereka. Seperti membuat kelompok kecil dengan teman kuliahnya membuat kerajinan tangan, makanan kecil, dan lain-lain. Dengan ajang ini, muda-mudi di Jogja bisa bangun pagi-pagi di hari minggu dan produktif. Alhasil, manfaat yang diperoleh tentu sangat positif.

Seni. Bagi muda-mudi yang berminat kesenian; punya bakat bermusik, vocal, tarian, bisa mengikuti banyak komunitas seni di Jogja seperti sanggar-sanggar tari, untuk mereka yang suka atau bakat menari. Bagi yang suka bermusik juga bisa membentuk kelompok atau grup musik bersama teman-temannya, ikuti festival-festival seni, tunjukkan karyanya. Itulah cara-cara hidup yang prestise di Jogja. Berekspresi dengan tetap mengedepankan nilai positif.

Jadi, Bagaimana citra terhadap Jogja, tergantung anda yang memilih dan menjadikannya seperti apa, POSITIF, atau NEGATIF. Yogyakarta menyediakan semuanya. Madu dan Racun ada ditangan anda, bukan Jogja. ;)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun