Di sebuah warung kopi di Jakarta, sekelompok mahasiswa sedang berbincang-bincang. Mereka adalah mahasiswa dari berbagai kampus dan jurusan, namun mereka memiliki satu kesamaan, yaitu mereka semua adalah aktivis yang peduli dengan perubahan.
"Gue tuh udah capek," kata seorang mahasiswa bernama Budi. "Kita udah demo sana-sini, udah bikin petisi, udah ngomong-ngomong ke pemerintah, tapi apa yang terjadi? Nggak ada perubahan."
"Iya," kata mahasiswa lain bernama Andi. "Pemerintah kita tuh selalu ngeblokir upaya-upaya kita. Mereka nggak mau ada perubahan."
"Terus gimana dong?" tanya mahasiswa lain bernama Cici. "Kita cuma bisa demo terus-terusan?"
"Kita harus ada cara lain," kata Budi. "Kita harus bisa masuk ke dalam sistem."
"Maksud lo?" tanya Andi.
"Kita harus jadi partai politik," kata Budi. "Kalau kita jadi partai politik, kita bisa ngatur kebijakan dari dalam."
Ide Budi ini disambut dengan berbagai reaksi. Ada yang setuju, ada yang tidak setuju. Namun, akhirnya mereka memutuskan untuk membahasnya lebih lanjut.
Mereka membentuk sebuah kelompok kecil untuk membahas ide ini. Mereka membaca buku-buku tentang politik, mereka berdiskusi dengan para aktivis senior, dan mereka melakukan survei kepada masyarakat.
Setelah beberapa bulan, mereka akhirnya yakin bahwa ide ini adalah ide yang tepat. Mereka memutuskan untuk mendirikan partai politik baru.
Partai politik baru ini diberi nama "Partai Mahasiswa Indonesia". Partai ini memiliki visi untuk menciptakan Indonesia yang lebih adil, lebih demokratis, dan lebih makmur.