Ketahanan Pangan
Sementara itu, upaya menjadikan Tapanuli Utara sebagai lumbung pangan dilakukan dengan ambisi membuat indeks penanaman menjadi dua kali dalam setahun (IP2) dengan luas area 300 hektare. Untuk kebutuhan tersebut, Pemkab memberikan 22 hand traktor untuk 22 kelompok tani.
Pada 2015 dan 2016, Pemkab kembali membeli 10 traktor besar untuk semakin menggenjot produksi padi. Hasilnya, produksi gabah meningkat dari 6 ton menjadi 8 ton per hektare.
PemkabTaput juga memberikan insentif kepada petani berupa kemudahan untuk mendapatkan bibit dan pupuk, tetapi membayarnya setelah panen. Selain lahan sawah yang sudah ada, Pemkab juga berusaha memanfaatkan lahan tidur di setiap kecamatan untuk digarap petani.
Atas berbagai usaha dalam tiga tahun terakhir, awal Januari lalu, Pemkab Taput dan Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar panen IP2 untuk pertama kalinya.
Lepas dari proses penanaman, Pemkab Tapanuli Utara juga menggagas sistem lelang cabai merah dan bawang merah. “Ini untuk melindungi petani dari harga beli yang murah oleh tauke,” kata Kepala Bappeda Tapanuli Utara, Indra SH Simaremare.
Sejak April tahun lalu, sambung Indra, sudah digelar lelang cabai merah di Pasar Komoditas Siborongborong, dan rutin dua kali seminggu. Pada 21 Februari lalu, sebanyak 740 kilogram bawah merah menjalani lelang perdana. Jika harganya tidak menguntungkan petani, Pemkab akan membeli komoditas yang dilelang.
“Pasar lelang akan mendorong efisiensi dan stabilitas harga sehingga dapat mengurangi inflasi,” papar Indra. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI