Pagi ini saya di kunjungi oleh saudara jauh dari kota Lampung. Sebenarnya dia sudah sering sekali datang mengunjungi kami di Banyuwangi. Dia dari Lampung kemari selain silaturahmi juga bekerja sebagai karyawan di salah satu kecamatan dari Banyuwangi.
Pagi ini kami asyik makan bersama, saya, ibu, ayah, dan 2 saudara saya tersebut. Saya sebagai seorang yang gemar menulis dan mencari topik mandapatkan rejeki hari ini melalui bahasa jawa di daerahnya.Â
Dikatakan bahwa mayoritas warga Lampung asli menggunakan bahasa Nasional yaitu, bahasa indonesia. Namun, sebagian dari penduduknya ada yang menggunakan bahasa jawa.Â
Salah satunya saudara saya tersebut. Saya pribadi seseorang yang suka atau gemar belajar bahasa daerah, jika ada kata yang unik dan belum pernah saya dengar saya akan mulai menjadikanya bahan eksperimen di kehidupan sehari-hari.
Percakapan pagi ini begitu asyik sampai kami melakukan pembicaraan perbedaan pemakaian bahasa di daerah masing- masing. Jika dalam bahasa jawa ngapak melahirkan berati "ndoboli" itu yang saya dengar jika di tempat saya tetap "melahirkan" lalu di lampung "mbayi."Â
Ada lagi jika saya yang dari Banyuwangi mengenal osing kalimat kamu yang berati "Riko" sedangkan dalam bahasa jawa ngoko yang berati "sampeyan atau panjenengan." Uniknya bahasa jawa di Lampung kata kamu berati "Riko."
"Riko, iku wes paling alus bahasane ndek lampung." Ungkapnya pada saya juga ayah, dan ibu.
Seperti bahasa jawa timur, Surabaya. Saya pernah tinggal di sana. Mereka mengatakan makanan WECI dengan sebutan "Ote-ote.Â
Sedangkan, di tempat saya ote-ote itu tidak pakai baju. Di Banyuwangi, kami menggunakan bahasa "Weci" sedang di Lampung di katakan "Bakwan" sama seperti orang jakarta.
"Lek ngarani petil iku opone? Putus..." ungkap ibu.