Mohon tunggu...
Ian Alfian
Ian Alfian Mohon Tunggu... lainnya -

pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjalanan Beku

16 November 2013   21:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:05 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku berjalan
Di antara rusuk-rusuk malam yang berkarat
Menelusup lorong demi lorong kebekuan mencekik
Kendati dadaku mesti terselimuti,
selendang api
yang kau ikhlaskan menjadi cahaya venus
maka ku sibak dengan telaten
kabut demi kabut
tujuh puluh tiga lapis udara jelaga
sedang tanganmu pun terbuka membelah langit
maka ku sambangi kau dengan limpahan harapan
walau entah kapan kan sampai
Mungkin sampai kerlip bintang terakhir
namun sampainya pasti sampai
sampai sajakKu amerta pada jarak hidup dan mati
Pada jarak ku dan jarak mu
terbentang tujuh puluh tiga lapis udara jelaga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun