Eksplorasi budaya dan makna di balik kain besurek
                     Alvaro sultan anargya gandhi
                     12 ips 3 SMA NEGERI 3 KABUPATEN TANGERANG
Berdasarkan sejarah, kerajinan kain besurek(batik khas Bengkulu) mulai dikenal oleh masyarakat Bengkulu yaitu pada saat pengasingan pangeran Sentot Ali Basa dan keluarganya di Bengkulu oleh kolonial Belanda. Pada saat pengasingan itu keluarga Sentot Ali Basa membawa bahan dan peralatan membuat batik, yang tujuannya untuk mengisi kesibukan selama di pengasingan. Pada saat keluarga Sentot Ali Basa melakukan pekerjaan membatik, warga Bengkulu melihat dan memperhatikan mereka. Kemudian warga Bengkulu tersebut tertarik dan minta untuk belajar pada keluarga Sentot Ali Basa untuk membuat batik. Kemudian warga Bengkulu belajar membatik sampai bisa. Namanya tetap batik, karena batik berasal dari kata jentik yang berarti tulisan,
Duhulu kain besurek hanya digunakan dalam ucapara ritual keagamaan di wilayah Bengkulu, Seiring dengan pekembangan zaman, kegunaan dan desain motif batik besurek mengalami modernisasi (perubahan). Seperti kegunaan batik besurek telah mengalami perubahan setelah adanya kebijakan pemerintah setiap pegawai dan karyawan dan sekolah negeri , swasta dan BUMN pada hari tertentu menggunakan seragam batik besurek. Motif batikpun mengalami modifikasi semula hanya motif kaligrafi, lalu ditambahakan dengan motif pauna dan flora seperti bunga Raflesia, yang merupakan icon Provinsi Bengkulu. Selain itu ada pula motif burung kuau yang bergambar burung dan digambar dari rangkaian motif kaligrafi, Kemudian ada motif relung paku(jenis tanaman pakis) yang bentuknya meliuk-liuk seperti paku. Serta motif rembulan yang berbentuk rembulan bulat dengan kombinasi huruf kaligrafi yang tulis indah sebagai matif batik yang lazim disebut batik besuret(DepDikBud Provinsi Bengkulu, 1979).
Motif batik besurek saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, dengan berbagai desain motif semakin beragam. Masalahnya dengan adanya kemajuan teknologi dibidang pembatikan di Indonesia, pengerajin tradisional semakin terpinggirkan karena belum mampu bersaing dengan pengusaha batik luar Bengkulu dari segi kualitas membatik, harga , teknologi dan modal usaha. jika kurang mendapat pembinaan dari pemerintah,BUMN dan masyarakat pengerajin batik tradisional akanhilang (menutup usahanya) dan batik besurek diproduksi didominasi oleh pengerajin batik besurek luar Provinsi Bengkulu.
IPTEK BAGI PRODUK BESUREK PERSPEKTIF PENGERAJIN LOKAL (TRADISIONAL) BENGKULU
Cirikhas motif batik Bengkulu desain motif batiknya adalah tulisan kaligrafi yaitu tulisanhuruf arab. Melalui program Iptek bagi Produk Ekspor (IbPE), bertujuan untuk mempromosikan, pengembangan desain dan rancangan busana batik besurek.Metode observasi ke 5 pengerajin tradisonalal dan usahawan batik 3 tempat, in-depth interviewsserta meliput berbagai kegiatan menggunakan alat perekam seperti handycam, tustel, dan kajian beberapa lieratur yang relevan. Hasil kajian ditemukan dari 5 pengerajin tradisional yaitu pengerajin local di Kota Bengkulu semuanya menyatakan kesulitan dalam pengadaan bahan baku seperti bahan kain, lilin dan pewarna. Kendalanya utamnya harga bahan tidak setabil dan persaingan produk mesin (printing) semakin mengusai pemasaran batik berurek di Bengkulu.
Saat ini, pengrajin batik tulis kain besurek yang menggeluti seni membatik ini tergolong langka. Derasnya produksi batik printing mesin di pasaran, dengan harga lebih murah, beserta aneka macam motif dan bahan, termasuk motif besurek mengancam kelangsungan industri kecil di Bengkulu.
Kain besurek adalah jenis kain batik berbahan dasar katun hingga sutra dengan menggunakan motif kaligrafi sebagai ciri khas warisan budaya Bengkulu. Kain besurek menjadi karya budaya dari Provinsi Bengkulu yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda pada 2015. Corak kaligrafi sangat kental di kain besurek dan menjadi penanda akulturasi budaya lokal dan Arab. Ada tujuh jenis motif dasar batik kain besurek. Yakni, motif kaligrafi arab, rembulan, kembang melati. Selain itu ada juga motif burung kuau, pohon hayat, kombinasi kembang cengkih dan kembang cempaka, serta perpaduan relung paku dan burung punai. Warna-warna yang biasa digunakan dalam batik besurek, umumnya merah, merah manggis, dan merah kecoklatan.
Motit-motif tersebut tidak sembarang digunakan. Seperti motif kaligrafi Arab, dengan warna biru biasanya digunakan untuk detar atau penutup kepala bagi pembantu raja penghulu. Sedangkan motif kembang melati biasanya digunakan untuk buayan dalam upacara cukur bayi. Motif kembang melati dipadukan dengan kaligrafi bermakna kehidupan alam.
Pengertian Kearifan Lokal (local wisdom)
Kearifan lokal atau local wisdom memiliki arti yaitu wisdom dan lokal, wisdom yaitu kearifan dan local berarti lokal. Jika diartikan maka kearifan lokal adalah suatu nilai-nilai lokalitas yang bisa diterapkan pada lingkungan masyarakat dan bertujuan untuk menerapkan masyarakat yang penuh dengan nilai kearifan.
Dalam kehidupan bermasyarakat, kearifan lokal mengarah pada berbagai budaya yang ada dalam kehidupan bermasyarakat yang mampu dipercayai dan dikenal sebagai bagian utama yang bisa mempertebal hubungan sosial masyarakat. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan nilai kesejahteraan serta menumbuhkan kehidupan kedamaian antar masyarakat. Kearifan lokal juga merupakan produk kultural yang berkaitan dengan kehidupan para manusia, misalnya adalah kepercayaan dan agama. (Maria Matildis:1)
Jadi dalam hidup bermasyrakat peran kearifan lokal sangat dibutuhkan, karena nilai-nilai lokalitas yang mengacu pada kearifan mampu mengarahkan masyarakat untuk bertindak lebih baik dan bisa menghargai kehidupan bermasyarakat, hal ini disebabkan karena kearifan lokal didalamnya terdapat nilai- nilai moralitas yang mampu membawa masyarakat mengerti akan arti saling menghargai serta menjaga nilai-nilai budaya lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H