Judul: Membunuh Commendatore
Penulis: Haruki Murakami
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Setelah berkeliling lama didalam toko buku akhirnya saya menjatuhkan pilihan untuk membeli novel karya penulis asal Jepang, yaitu Haruki Murakami dengan judul Membunuh Commendatore. Selain karena tertarik setelah membaca sinopsisnya, saya sebagai penggemar karya dari Haruki Murakami merasa harus membaca novel ini karena sudah lama saya tidak membaca tulisannya, harap maklum karena budget mahasiswa sehingga tidak sanggup jika harus selalu membeli buku keluaran terbaru beliau ditengah harga buku yang semakin melambung.
Sinopsis
Buku ini menceritakan mengenai seorang pelukis yang memiliki pekerjaan untuk membuat pesanan lukisan potret. Pada suatu hari tiba-tiba ia diceraikan oleh istrinya hanya karena sebuah mimpi. Mendengar hal tersebut pelukis ini memilih untuk segera keluar dari apartemennya tanpa berfikir Panjang. Ia pun memulai perjalanan keliling Jepang menggunakan mobil tuanya karena tidak tau harus melakukan apa, dan ia memutuskan untuk tidak lagi menerima pesanan lukisan potret karena ia merasa tidak ada lagi orang yang perlu ia nafkahi. Banyak hal yang terjadi didalam perjalanan panjang itu salah satunya adalah saat mobilnya rusak sehingga ia menerima tawaran dari sahabat kuliahnya di universitas seni untuk tinggal di rumah di daerah terpencil yang pernah ditinggali pelukis gaya Jepang terkenal Tomohiko Amada  yang merupakan ayah dari sahabatnya sendiri. Di rumah itu ia menemukan lukisan Tomohiko Amada yang berjudul membunuh commendatore. Lukisan tersebut merupakan lukisan Tomohiko Amada yang belum pernah dipublikasi, sehingga dapat dikatakan hanya ia dan Tomohiko Amada yang saat itu sedang sakitlah orang yang mengetahui lukisan itu di dunia ini, hal itulah yang menyebabkan tokoh utama cerita ini terperosok kedalam keanehan-keanehan yang muncul.
Pendapat Penulis Setelah MembacaÂ
Buku ini diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dalam terjemahan Bahasa Indonesia. Untuk terjemahannya sangat bagus sehingga mudah dipahami saat dibaca. Novel ini memiliki dua jilid buku, buku jilid pertama memiliki sub judul "Idea yang Menjelma", sedangkan untuk jilid yang kedua berjudul  "Metafora yang Bersalin Rupa". Buku pada jilid pertama memiliki cerita yang bersambung pada buku jilid kedua, sehingga perlu membaca keduanya untuk mengetahui cerita secara utuh.
Cerita pada novel ini tergolong kedalam cerita misteri, dalam setiap bagian ceritanya mampu membuat pembaca untuk terus merasa penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya. Seperti karya Haruki Murakami lainnya beliau selalu mampu untuk menceritakan hal yang magical/mistis/hal yang tidak masuk akal namun kita tetap merasa hal itu benar benar terjadi dan masuk akal. Â Hal itu mungkin karena ditunjang oleh kemampuannya untuk menceritakan hal detail pada setiap kejadian, sehingga kita mampu merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh didalam cerita tersebut. Namun bagi yang belum terbiasa untuk membaca karya dari Haruki Murakami mungkin akan sedikit bosan karena penjelasan yang detail membuat ceritanya terasa lambat. Â Selain itu karena buku ini ditulis dengan latar belakang budaya Jepang sehingga dipenuhi cerita yang mungkin untuk orang indonesia termasuk tabu seperti seks bebas dan minum-minuman keras, walaupun begitu novel ini tetap memiliki banyak pelajaran hidup yang bisa diambil. Salah satunya adalah pada bagian cerita ini:
"Tetapi, apakah ada hal yang benar-benar tepat atau hal yang benar-benar tidak tepat di dunia ini? Di dunia tempat kita hidup ini kadang hujan turun tiga puluh persen, kadang tujuh puluh persen. Mungkin kebenaran juga hampir sama seperti itu. Bisa juga benar tiga puluh persen atau benar tujuh puluh persen."