Mohon tunggu...
Alun Riansa Pakaya
Alun Riansa Pakaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang antusias menulis, mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan kreativitas melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangisan Anak dibalik Keringat Ayah

15 Agustus 2024   00:02 Diperbarui: 15 Agustus 2024   00:03 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Kling AI (klingai.com) - Tangisan Anak dibalik Keringat Ayah

Di sebuah desa kecil yang terletak di antara pegunungan yang sepi, tinggal seorang anak laki-laki berusia delapan tahun bernama Andi. Setiap pagi, Andi bangun sebelum matahari terbit, menyaksikan ayahnya, Bapak Hasan, berangkat ke ladang dengan beban berat di pundaknya. Tanah yang digarap tidak pernah cukup subur, dan cuaca sering kali tidak mendukung. Namun, Bapak Hasan tetap berusaha keras untuk menghidupi keluarga mereka.

Andi sering berdiri di ambang pintu rumah mereka yang sederhana, menatap punggung ayahnya yang terbungkus keringat, menandakan betapa kerasnya pekerjaan yang dilakukan. Ia tahu betul betapa beratnya pekerjaan itu---mencangkul tanah, menanam benih, dan merawat tanaman, semua dilakukan dengan tekad dan kesabaran yang tiada henti. Namun, ia juga tahu bahwa hasil dari pekerjaan itu sering kali tidak sebanding dengan usaha yang dikeluarkan.

Hari-hari berlalu, dan musim kemarau datang, memperburuk kondisi ladang mereka. Tanah yang biasanya hitam dan lembab berubah menjadi kering dan retak. Bapak Hasan terus bekerja keras, meski sering kali tubuhnya kelelahan. Andi bisa melihat bagaimana ayahnya semakin kurus dan lelah, tapi semangatnya tak pernah padam.

Pada suatu malam yang dingin dan gelap, Andi terjaga dari tidurnya oleh suara isak tangis yang lembut. Ia keluar dari kamarnya dan melihat Bapak Hasan duduk sendirian di ruang tengah, wajahnya tertutup tangan, terisak dalam kesedihan. Andi berdiri di sana, terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa menatap ayahnya dengan hati yang penuh kepedihan.

Dengan hati yang berat, Andi melangkah mendekati Bapak Hasan dan duduk di sampingnya. Ia memandang wajah ayahnya yang basah oleh air mata dan keringat, dan rasanya seperti hatinya hancur berkeping-keping. "Ayah, kenapa menangis?" tanyanya lembut.

Bapak Hasan menatap Andi dengan mata penuh kelelahan dan kesedihan. "Anakku, Ayah merasa tidak mampu lagi," katanya dengan suara bergetar. "Kami telah berusaha sekuat tenaga, namun hasilnya tidak pernah cukup. Ayah tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi."

Air mata Andi jatuh satu per satu. Ia merangkul ayahnya dengan penuh kasih sayang. "Ayah, aku tahu kamu sudah berusaha keras. Aku tidak ingin melihatmu sedih. Aku hanya ingin kamu tahu, aku sangat mencintaimu dan menghargai semua yang kamu lakukan untuk kami."

Kata-kata Andi mengalir lembut namun penuh makna. Bapak Hasan mengusap air mata Andi dan memeluknya erat. Dalam pelukan itu, Andi merasakan kehangatan dan kekuatan ayahnya meskipun dalam keadaan yang sulit. Ia tahu betapa berat beban yang ditanggung ayahnya, dan ia merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari hidupnya.

Malam itu, meskipun tantangan dan kesulitan masih ada, mereka menemukan kekuatan dalam satu sama lain. Dalam kesedihan yang mendalam, mereka saling menguatkan, dan Andi memutuskan untuk selalu berdiri di samping ayahnya, memberikan dukungan dan cinta yang dibutuhkan.

Hari-hari mungkin masih penuh tantangan, tetapi Andi dan Bapak Hasan menghadapi semuanya dengan semangat baru. Mereka tahu bahwa cinta dan dukungan satu sama lain lebih kuat daripada segala kesulitan yang mereka hadapi. Dan meskipun air mata Andi masih sering jatuh, ia tahu bahwa di balik setiap tetesan air mata itu terdapat kasih sayang dan keberanian yang tak ternilai harganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun