Israel baru-baru ini mencabut akreditasi delapan diplomat Norwegia yang berbasis di Tel Aviv sebagai tanggapan atas pengakuan resmi Norwegia terhadap negara Palestina. Langkah ini diambil setelah Norwegia, bersama dengan Irlandia dan Spanyol, mengumumkan pengakuan mereka terhadap Palestina pada Mei 2024. Keputusan ini memicu ketegangan diplomatik antara Israel dan Norwegia.
Menteri Luar Negeri Norwegia, Espen Barth Eide, menyebut tindakan Israel ini sebagai "tindakan ekstrem" yang akan berdampak pada hubungan diplomatik kedua negara. Norwegia sedang mempertimbangkan langkah-langkah balasan terhadap keputusan ini, yang dianggap dapat memperburuk situasi.
Pengakuan Norwegia terhadap Palestina merupakan bagian dari upaya internasional untuk mendukung hak-hak Palestina dan mendorong solusi dua negara. Namun, langkah ini mendapat reaksi keras dari Israel, yang menganggapnya sebagai ancaman terhadap kedaulatan dan keamanan mereka.
Situasi ini menunjukkan betapa kompleksnya hubungan diplomatik di Timur Tengah, di mana keputusan satu negara dapat memicu reaksi berantai dari negara lain. Norwegia, yang dikenal sebagai negara yang mendukung perdamaian dan hak asasi manusia, kini harus menghadapi konsekuensi dari keputusan mereka untuk mengakui Palestina.
Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi kedua negara untuk mencari solusi diplomatik yang dapat mengurangi ketegangan dan mendorong dialog konstruktif. Langkah-langkah balasan yang diambil oleh Norwegia dan Israel harus dipertimbangkan dengan hati-hati agar tidak memperburuk situasi lebih lanjut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H