Mohon tunggu...
Alung De Moore
Alung De Moore Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ajining rogo soko busono, ajining pikir soko ilmu, ajining jiwo soko agomo.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serigala dan Tukang Kayu (Refleksi Diri Para Pecundang)

11 April 2014   15:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:48 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di sebuah ladang yang sangat subur terdapatlah beberapa buah pohon anggur. Pohon anggur itu kini tengah berbuah sangat banyak, ranum, segar dan dapat dipastikan rasanya sangat manis. Namun demikian, buah anggur itu berbuah dan bergerombol di dahan dan ranting yang cukup tinggi karena dahan-dahan dan batangnya dibuatkan penyangga dari kayu sehingga cukup menyulitkan bagi siapa saja yang hendak memetik atau memanen anggur itu.

Siang itu sangat terik dan panas, seperti biasanya tukang kayu yang biasa memotong kayu menyempatkan diri untuk melihat pohon anggur yang ditanam dan dirawatnya sejak lama dan tentu sekaligus mencicipi beberapa biji buah anggur yang ranum dan manis itu. Rupanya masa panen telah tiba, buah anggur itu dipanen oleh si tukang kayu. Setelah buah anggur itu dikumpulkan, maka setiap yang ditemui oleh tukang kayu itu pasti dibaginya. Ketemu kucing diberikan 1 gerombol anggur, ketemu domba diberikannya 1 gerombol, ketemu sapi diberikannya 1 gerombol, ketemu ayam diberikannya 1 gerombol sampai akhirnya semua yang biasa berada diladang dan sekitarannya kebagian sehingga ada bisik-bisik dan pertanyaan diseantero lading :"Kalau buah anggur yang dipanen dibagi-bagikan ke seluruh warga, lalu tukang kayu itu dapat apa dari buah anggur yang dipanennya?". Ternyata, tukang kayu itu memang menanam dan merawat buah anggur itu berharap agar buah anggur itu bisa dipanen dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk warga disekitaran ladang saat membutuhkan buah segar ditengah terik.

Pada saat malam hari, rupanya sang serigala menginginkan lebih buah anggur itu dan ingin memetik bahkan memanen sendiri buah anggur yang cukup tinggi itu. Melompatlah serigala itu berkali-kali namun tetap saja ia tidak dapat mencapai dan memetiknya. Karena putus asa akhirnya serigala itu menyerah dan meninggalkan pohon anggur itu sembari mengatakan bahwa buah anggur yang ditanam tukang kayu itu ,asem-lah, pahit-lah, getir-lah, busuk-lah kepada setiap warga yang ditemuinya. Bahkan mengatakan bahwa si tukang kayu tidak cakap dan tidak becus menanam buah anggur sehingga rasanya asem,pahit,getir dan busuk. Warga yang melihat tingkah polah serigala itu hanya bengong dan mengatai bahwa serigala itu sedang stress berat karena tidak dapat memetik dan memanen sendiri buah anggur yang ditanam si tukang kayu. Keinginannya untuk dapat lebih buah anggur itu tidak tercapai sehingga stress berat padahal sebelumnya serigala itu telah dibagi juga 2 gerombol buah anggur oleh si tukang kayu.

--

Begitulah jiwa pecundang ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan dan diharapkan maka menebar desas-desus, cerita-cerita dan melakukan kampanye hitam dengan mengatai orang /kelompok lain padahal sebenarnya karena ketidak becusan dan ketololannya sendiri. Dan untuk menghibur diri dari keputus asaannya itu maka disebutlah bahwa orang lain tidak bekerja dan berusaha atau usahanya buruk dan tidak bagus tanpa ukuran yang jelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun