Mohon tunggu...
Alung De Moore
Alung De Moore Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ajining rogo soko busono, ajining pikir soko ilmu, ajining jiwo soko agomo.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Genderang Perang dari Tanah Gersang

30 Desember 2014   18:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:10 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pendopo yang berbentuk Joglo dan terbuat dari kayu jati pilihan itulah, Habib Syeikh Ahmad Al Ghozali bertemu ayahandamu. Mereka adalah kawan sejawat seperguruan walaupun Habib Syeikh Ahmad Al Ghozali lebih senior beberapa tingkat dibandingkan ayahandamu. Habib Syeikh Ahmad Al Ghozali merupakan keturunan arab yang leluhurnya merupakan saudagar yang ikut menyebarkan syiar Islam di tanah Mataram. Sedangkan ayahandamu sendiri adalah salah satu anak keturunan ningrat Majapahit yang oleh perjalanan waktu berubah menjadi Mataram.

"Adimas, saya minta agar adimas segera menarik telik sandi yang adimas kirim ke kawasan balkan untuk menggulingkan kesultanan Omar Al Farouq!"

"Lho darimana Habib Syeikh tau tentang keberadaan telik sandi itu?"

"Tidaklah penting darimana saya tau tentang keberadaan telik sandi yang adimas kirim itu. Namun yang paling penting adalah bahwa keberadaan telik sandi adimas itu mengancam perdamaian dan kemanusiaan di kawasan balkan"

"Mengancam perdamaian dan kemanusiaan?.saya tidak mengerti maksud Habib Syeikh?"

"Iya, bahwa telik sandi yang adimas kirimkan ke negeri Omar Al Farouq itu telah menghasut, menebarkan desas desus dan kasak kusuk yang mengancam kesultanan Omar Al Farouq".

"Habib Syeikh, saya kira itu balasan yang sangat pantas yang harus diterima oleh kesultanan Omar Al Farouq atas terbunuhnya putra mahkota saya oleh pasukan keamanan kesultanan Omar Al Farouq".

"Oh jadi ini tentang balas dendam pribadi adimas kepada kesultanan Omar Al Farouq?. Astaghfirllohal adziim. Sekarang saya ingin tanya, putra adimas yang wafat itu, putra mahkota untuk apa dan siapa?.Bukankah semua sudah berakhir?. Asal adimas tahu ya, bahwa keberadaan telik sandi adimas itu telah merusak tatanan politik, sosial, budaya, keamanan dan ekonomi kesultanan Omar Al Farouq. Di kampus-kampus, komunitas-komunitas masyarakat yang disusupi telik sandi adimas itu memanas dan bergejolak meneriakan kebencian kepada keluarga kesultanan Omar Al Farouq. Dan asal adimas tau ya, bahwa itu bisa memicu perang saudara di kawasan kesultanan Omar Al Farouq. Dan asal adimas tau juga ya, bahwa yang akan jadi korban bukan hanya keluarga kesultanan Omar Al Farouq, tapi juga para perempuan, anak-anak dan orang-orang yang tidak berdosa. Rumah-rumah dibakar, toko-toko dijarah, saling berbunuh-bunuhannya sesama muslim dan sesama saudara. Inikah yanga adimas inginkan hanya karena angan-angan, dendam atas kematian 'putra mahkota' yang sebenarnya tidak jelas untuk apa dan untuk siapa gelar itu?".

“Apakah Habib Syeikh sudah lupa akan peristiwa penembakan ananda?”

“Oh tidak, tidak akan pernah saya lupa terhadap putra adimas. Dia adalah sosok pemuda tangguh, tampan, pintar, cerdas, sopan, salih dan sakti tentunya. Dia adalah murid kesayangan saya. Tapi justru adimaslah yang lupa bahwa sayalah yang menghukumi cambuk atas permintaan adimas karena putra adimas telah lancang memasuki kaputren tanpa permisi. Bukankah adimas sendiri yang mengajari dia tentang adat dan sopan santun serta tata karma terhadap keluarga lain. Dan bukankah adimas juga yang mengajarkan tentang konsekuensi logis dari setiap kesalahan yang diperbuat?. Lalu kenapa adimas yang mengingkari terhadap ajaran-ajaran adimas sendiri?.Bukankah kematiannya adalah konsekuensi logis dari perbuatannya yang terlalu dekat dengan putri Omar Al Farouq itu?.”

“Tapi rasanya berat sekali menerima penghinaan ini.”

“Siapa yang menghina adimas?.Tidak ada yang menghina. Itu hanya perasaan dan halusinasi yang ditiupkan iblis agar adimas selalu dendam dan menebar kebencian dan peperangan. Maafkanlah para sniper pasukan keamanan keluarga kesultanan Omar Al Farouq itu. Toh Omar Al Farouq sudah menyampaikan permohonan maaf secara terbuka atas insiden itu”

“Lalu apa yang harus saya perbuat Habib Syeikh?”

“Tarik pulang semua telik sandi adimas, pokoknya sebelum matahari terbenam besok para telik sandi sudah harus meninggalkan kawasan Balkan”.

"Baiklah syeikh..."

Lalu Habib Syeikh Ahmad Al Ghozali mendekati ayahandamu dan menepuk-nepuk pundaknya, menenangkannya dan memastikan bahwa ayahandamu berjiwa besar dan ikhlas atas semua yang dialaminya.

bersambung...

**dikutip dari novel pendek Senja Kepagian oleh Alung de Moore, 2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun