Tuhan,
telah banyak riwayat yang akhirnya kutinggalkan
kisah-kisah terurai tanpa ada jeda
dan bait-bait nafasku terkadang terasa
melelahkan
aku ingin selalu menjadi seperti angin,
yang bertasbih lewat hembusannya
seperti burung, tak berhenti memuja-Mu dengan
kicauannya
juga seperti matahari yang tak pernah merasa
meninggi, sebab ia tahu..
ketika senja tiba, ia pun harus merendah pada
malam.
Tuhan..
Seorang penyair pernah berkata :
"Karena cinta Engkau meletakkan dua malaikat di
pundakku. Dan Engkau pun berkata, inilah
pengasuh-pengasuhmu yang sayap-sayapnya
bisa membawamu terbang ke langit dan sekaligus
berpijak di bumi."
Sebuah keniscayaan ketika aku mengatakan
bahwa hidup ini mempunyai cakar-cakar tajam,
yang siap menggoreskan luka dan kepedihan
ya, luka dan kepedihan bukanlah hal yang baru
bahkan air mata dan kehilangan telah
menempatkan dirinya sebagai pemeran utama
dalam kehidupanku
tapi melebihi semua itu, ada senyum dan tawa
yang teramat dalam kuselami kebahagiaannya.
Yang aku tahu
karena cinta-Mu aku hidup
karena kasih-Mu aku bernafas
karena kemurahan-Mu detik ini aku masih
melangkah
Tuhan..
Dalam bingkai langitmu malam ini
kusyukurkan setiap denyut nadi yang masih
berdetak
kulafalkan keindahan asma-asma Mu
dan kutegarkan hati untuk selalu tersenyum
karena aku tahu, selalu ada cahaya-Mu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H