Mohon tunggu...
Aluf Wahid
Aluf Wahid Mohon Tunggu... -

Interested in Islamic studies and Literature

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islam di Rusia : Struggle Islamism and Communism

26 Agustus 2013   11:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:48 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1377489156486784670

Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks, yakni sekitar 21- 28 juta penduduk atau 15 - 20 persen dari sekitar 142 juta penduduk. Kehidupan Muslim di Rusia saat ini juga kian membaik dibanding masa Komunis dulu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.

Muslim pertama di wilayah Rusia terkini adalah masyarakat Daghestani di (kawasan Derbent) selepas penaklukan Arab (abad ke-8). Negeri Muslim yang pertama adalah Volga Bulgaria pada tahun 922. Kaum Tatar mewarisi agama Islam dari negeri itu. Kemudian kebanyakan orang Turki Eropa dan Kaukasia juga menjadi pengikut Islam. Islam di Rusia telah mempunyai kewujudan yang lama, melebarkan ke seawal penaklukan kawasan Volga Tengah pada abad ke-16, yang membawa orang Tatar dan berkenaan Orang Turki di Volga Tengah ke dalam negeri Rusia. Pada abad ke-18 dan ke-19, taklukan Rusia di Caucasus Utara membawa orang-orang Muslim dari kawasan ini-- Dagestan, Chechen, Circassia, Ingush, dan lain-lain ke dalam negara Rusia.

Menurut United States Department of State, terdapat sekitar 21-28 juta jumlah penduduk Muslim di Rusia, sekurang-kurangnya 15-20 persen jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama minoritas yang terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara warga negara minoritas yang tinggal diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Adyghe, Balkar, Nogai, Orang Chechnya, Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak bilangan warga negara Dagestan. Di Volga Basin tengah ada penduduk besar Tatar dan Bashkir, kebanyakan mereka Muslim. Banyak Muslim juga tinggal di Perm Krai dan Ulyanovsk, Samara, Nizhny Novgorod, Moscow, Tyumen, dan Leningrad Oblast (kebanyakannya kaum Tatar).

Abdullahi Ahmed An-Na’im dalam bukunya Islam dan Negara Sekuler mengatakan bahwa ketika federasi Rusia terbentuk setelah jatuhnya Uni Soviet, hubungan antara negara dan agama ditata ulang, baik melalui undang-undang dasar maupun undang-undang. Pasal 14 Undang-Undang Dasar Federasi menyatakan bahwa Rusia sebagai negara sekuler sehingga tidak akan ada negara yang dibangun berdasarkan satu agama tertentu. Undang –Undang Dasar juga menyebutkan bahwa semua asosiasi keagamaan memiliki posisi setara di depan hukum.

Abdullahi Ahmed An-Na’im juga menuliskan bahwa setelah kebijakan “Perestroika”-nya Gorbachev, hubungan antara negara dan sekte-sekte keagamaan dinormalisasikan kembali oleh undang-undang (law) tahun 1990 tentang “kebebasan beragama”. Pada dekade inilah, jumlah organisasi agama yang terdaftar naik hingga 20.000 organisasi. Hanya setengah di antara organisasi-organisasi tersebut yang merupakan organisasi Kristen Ortodoks Rusia, yang berarti bahwa jumlah agama minoritas telah berkembang selama masa itu. organisasi-organisasi tersebut kini diperbolehkan untuk mengorganisasi massa, dan boleh terlibat dalam kegiatanmisi keagamaan dan social. Kepercayaan terhadap agama naik, dari kira-kira 20% pada 1980 menjadi 48% pada akhir 1990-an.

Maka, salah satu agama yang berkembang pesat di negara tersebut setelah Kristen Ortodoks Rusia adalah Islam. Data terakhir mencatat populasi muslim negara itu mencapai 25 juta jiwa. Dengan jumlah itu, Rusia menjadi negara dengan pemeluk Islam terbesar di benua Eropa.

Komunitas muslim yang selama era Soviet tertindas dan terisolasi, kini bisa melaksanakan kegiatan keagamaan dengan begitu semarak. Seorang warga Negara Indonesia, Muhammad Aji Surya dalam tulisannya kepada Republika mengungkap  jumlah pemeluk Islam di Rusia demikian banyak. Karena itu, prediksi umat Islam akan menjadi mayoritas di Rusia, tampaknya bukan suatu hal yang mustahil.

Faktor utama dari meningkatnya populasi muslim di Rusia selain runtuhnya Soviet adalah kelahiran. Konon, diantara komunitas agama lain di Rusia, pemeluk Islam dalam merencanakan keluarga tidak memikirkan betapa sulitnya biaya hidup di Rusia. Bagi komunitas muslim, melahirkan generasi baru yang islami merupakan misi yang jauh lebih berharga ketimbang memikirkan kesulitan hidup di Rusia. Pakar Asia Tengah, Muhammad Salamah, dalam sebuah seminar tentang Islam di Rusia mengatakan, puluhan pengkaji akademisi di Rusia telah menyimpulkan, berdasarkan perkembangan yang terlihat dari negara-negara Muslim pecahan Uni Soviet ini, maka pada tahun 2050 nanti negara Rusia diprediksikan akan menjadi bagian dari negara Islam.

Salamah kemudian menambahkan, sejak 20 tahun lalu dirinya terus mengamati perkembangan Islam di Rusia. Semenjak Muslim di sana berada di bawah pemerintahan yang komunis dan mengalami masa-masa pengekangan, seperti dilarangnya membawa mushaf Al Qur'an, masjid-masjid di tutup, hingga akhirnya sekarang, Muslim Rusia telah mendapatkan hak-hak mereka dengan baik. Dan Islam pun kini menjadi agama kedua di negeri itu.

Salamah juga mengatakan penyebaraan Islam di Rusia berjalan damai. Bahkan dirinya telah mendirikan sebuah Universitas Islam di Moskow, dan mengajarkan tentang apa itu agama Islam, termasuk kepada para politisi senior negeri itu, di antaranya adalah Vladimar Putin, Perdana Menteri Rusia.

Perkembangan selanjutnya yang mengindikasikan bahwa perkembangan Islam demakin kondusif di Rusia adalah, seperti yag dilansir oleh detikNews bahwa pada tahun 2010 sebanyak 10 mahasiswa Islam Rusia terbang menuju UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk meneruskan kuliah S2. KBRI Moskow, Kementerian Agama dan UIN Malang menjadi tulang punggung proyek perdana ini.

Demikian disampaikan penanggungjawab Devidi Pendidikan dan Sosbud KBRI Moskow Counsellor M. Aji Surya melalui surat elektornik yang diterima detikcom Kamis malam atau Jumat (6/8/10) WIB.

Di Malang, ke sepuluh mahasiswa Rusia tersebut akan mengambil kuliah Jurusan Studi Islam dan Pendidikan Bahasa Arab. Mereka merupakan pilihan dari 3 universitas Islam terbesar di Rusia. Yakni 1 daru Universitas Islam Moskow, 3 dari Universitas Islam Rusia (Kazan) dan sisanya dari Universitas Islam Mahajkala (Dagestan).

Para mahasiswa Rusia penerima beasiswa itu tertarik studi di Indonesia, setelah para rektor mereka berkunjung ke Universitas Negeri Jakarta, Jogjakarta dan Malang akhir tahun lalu.

MoU yang diteken saat itu antara lain menagtur kemungkinan kerjasama bidang akademik. Promosi gencar KBRI Moskow yang didukung oleh kemenag dan UIN Malang akhirnya menghasilakan suatu proyek perdana yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Jadi, semua itu mengindikasikan bahwa kondisi Islam dan Musilm di Rusia saat ini jauh lebih baik dari ketika masa komunis. Toleransi antar umat beragama juga mulai tanpak.

[caption id="attachment_261576" align="alignleft" width="320" caption="Bersama dua teman mahasiswa S2 UIN Malang asal Rusia (duduk di kiri dan Kanan)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun