Mohon tunggu...
Altur Palentinus Lubis
Altur Palentinus Lubis Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dalam diam dan tenang ada kekuatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyoal Valentine’s Day, Hari Kasih Sayang!

19 Februari 2013   16:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:02 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Valentine’s day atau hari kasih sayang bukan hal baru dari sebuah kontroversial. Tidak hanya menjadi sebuah perayaan, tetapi juga perbincangan merayakan atau mengharamkan. Bagi mereka yang setuju dengan perayaan ini, bisa jadi mereka mengikuti tradisi perayaan, sekedar memberi hadiah, coklat atau bunga kepada orang yang mereka anggap layak menerima hadiah tersebut. Kepada mereka yang tidak setuju sudah barang tentu mereka menunjukkan penolakan mereka pada perayaan ini.

Beberapa waktu lalu saya membaca beberapa tulisan yang membahas tentang hari yang jatuh pada tanggal 14 februari setiap tahunnya ini. Ada yang menulis bagaimana mereka merayakan hari kasih sayang, ada juga yang menulis bahwa budaya ini sarat dengan kemaksiatan.

Alasan utama akan penolakan peringatan hari kasih sayang ini adalah kandungan sejarah yang disebut-sebut hari perayaan agama tertentu. Hal ini yang sepertinya menjadi alasan bagi mereka mengharamkan hari kasih sayang tersebut. Bahkan perayaan ini dianggap sebagai hari kemaksiatan, karena dihubungkan dengan budaya barat yang dianggap sebagai budaya maksiat dan bebas.

Saya berpendapat kesimpulan hari kasih sayang sebagai budaya maksiat sedikit berlebihan. Kemaksiatan sudah ada jauh sebelum penetapan peringatan hari kasih sayang. Setiap hari bisa jadi terjadi kemaksiatan, karena kemaksiatan tidak mengenal waktu dan tempat.

Memang tidak dapat dipungkiri mereka yang merayakan hari kasih sayang ini kebanyakan dari pasangan kaum muda. Dan tidak dapat disangkal juga bahwa banyak diantara pasangan muda itu melakukan kemaksiatan, seperti seks bebas, kenakalan remaja, dan sebagainya. Tetapi apakah mungkin mereka sepakat untuk melakukan kemaksiatan dihari yang sama, berketepatan pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya? Atau apakah memang ada jaminan, menghilangkan perayaan kasih sayang akan menghilangkan kemaksiatan itu sendiri? Tentu saja kemaksiatan atau perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang-orang (baca : kaum muda) tidak berhubungan dengan perayaan hari tertentu.

Hari kasih sayang pada hakekatnya adalah sebuah hari yang didengungkan secara khusus sebagai peringatan untuk saling mengasihi atau mencintai. Itu tidak hanya dilakukan terhadap pasangan semata, tetapi semua orang yang dikasihi atau disayangi. Bisa saja kepada orang tua, saudara, sahabat, atau hewan peliharaan sekalipun. Anggapan bahwa hari kasih sayang hanya dikhususkan untuk mereka yang sudah berpasangan atau berpacaran adalah anggapan yang salah. Apalagi harus dirayakan dengan kemaksiatan atau pesta pora. Jadi tidak salah jika hari kasih sayang diisi dengan menunjukkan kasih sayang secara konkret.

Memang benar bahwa setiap hari seharusnya menjadi hari kasih sayang, tetapi mengkhususkan momentum untuk membahasakan cinta dan kasih kita kepada orang juga tidak salah. Kita harus jujur, bahwa dalam kehidupan ini, banyak sekali yang menjadi fokus kita. Bisa jadi pekerjaan, studi, keluarga, atau sebagainya, yang pada akhirnya membuat banyak orang melupakan orang-orang yang dikasihi atau disayanginya.

Tidak itu saja valentine’s day atau hari kasih sayang juga membawa keuntungan. Misalnya penjualan hadiah atau barang-barang tertentu semakin meningkat, sehingga menambah penghasilan para pedagang. Bukankah berarti hari kasih sayang itu hari baik?

Menjadikan momen khusus merayakan kasih sayang sebagai evaluasi diri terhadap sesama manusia merupakan hal yang bijak. Setiap manusia memiliki derajat dan martabat yang sama. Semua manusia adalah ciptaan Yang Kuasa, artinya Sang Pencipta mengasihi ciptaan-Nya, dan sebagai sesama ciptaan sudah seharusnya saling mengasihi.

Merujuk kepada kehidupan saat ini yang sangat individualistis, egosentris, dan oportunis, momentum perayaan peringatan hari kasih sayang menjadi sangat penting. Kasih sayang hanya akan menghiasi puisi-puisi atau sajak saja jika tidak dibumikan dengan tepat. Mulai mendaratkan kasih sayang dengan hal-hal kecil kepada setiap orang dengan rasa tulus ikhlas, menjauhkan diri dari prasangka buruk, akan memperbaiki hidup kita kini dan kelak. Selamat berkasih sayang!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun