Pada periode 80-an pergolakan cinta tidak menegangkan dan biasanya jika memang ada konflik lebih disebabkan karena perilaku satu atau lebih tokoh dalam hubungan tersebut. Namun pada periode 2000-an pergolakan cinta dirongrong oleh pihak luar, yang disini digambarkan sebagai mantan salah satu tokoh, sahabat salah satu tokoh, atau keluarga salah satu tokoh.
Sebagai contoh, pada novel "Lukisan Hujan" digambarkan bahwa konflik cinta Sisy dan Diaz adalah rongrongan dari Anggia dan Igo, dimana Anggia merupakan mantan kekasih Diaz yang selingkuh dengan orang lain namun tetap berharap memiliki Diaz karena Diaz adalah pribadi yang lebih stabil dan mampu mandiri, jika dibandingkan dengan selingkuhannya yang dianggap lebih seperti mainan, maka dia menganggap Diaz sebagai seseorang yang harus dijadikan pasangan hidup.Â
Sedangkan Igo adalah sahabat setia Diaz, dia bisa dianggap sebagai seseorang dengan kepribadian yang berbeda 180 derajat, karena dia lebih suka clubbing, lebih populer, tidak bersikap dingin, kaku, dan plin -- plan kepada perempuan. Igo menganggap bahwa dia bisa mengambil hati Sisy dan melakukan kerja sama dengan Anggia agar mereka bisa merebut pujaan hati mereka, namun usaha itu gagal karena Diaz dan Sisy telah jatuh cinta satu sama lain. Igo merelakan sedangkan Anggia pada akhirnya merelakan walaupun tidak secara ikhlas.
 Sedangkan dalam novel "Melisa 3: Mengejar Cita" Melisa digambarkan masih sakit hati atas sikap Iwan, mantan kekasihnya sehingga dia menutup pintu hatinya terhadap semua pria yang berusaha untuk mendekatinya.Â
Walaupun begitu, Pak Fachruddin, yang merupakan atasan Melisa memiliki kesukaan terhadap Melisa yang dianggapnya bagus dalam pelayanan. Disini konteks pelayanan yang dimaksud adalah pekerjaan Melisa dan posisi Pak Fachruddin, dimana Melisa adalah seorang pelayan di hotel tempat Pak Fachruddin menjadi salah satu investor dan eksekutif.Â
Dibandingkan dengan eksekutif lainnya Pak Fachruddin lebih memusatkan perhatian pada pekerjaan, manajemen, dan pelayanan hotel dan staf hotel terhadap orang -- orang yang dilayani di dalam hotel. Pak Fachruddin merasa puas dengan servis pelayanan Melisa, namun Melisa masih menganggapnya sebagai atasan saja. Walaupun begitu, sepertinya benih -- benih cinta sudah ada.
Seperti yang dibahas di dua novel diatas, perbandingan kehidupan juga bisa dibahas, karena Melisa dan Sisy lahir di keluarga yang bisa dianggap cukup dari segi kekayaan. Melisa ayahnya adalah seorang pengusaha real estate dan Sisy lahir dari keluarga yang bisa memberikannya mobil untuk transportasi dari rumah ke sekolah dan atau ke tempat -- tempat lainnya.Â
Melisa menyembunyikan identitas kekayaannya untuk merasakan pekerjaan di dunia nyata adalah salah satu poin plus dari dirinya, sedangkan Sisy tidak terlalu heboh dari segi pembelanjaan barang -- barang di mal atau pusat perbelanjaan.Â
Diaz dan Pak Fachruddin juga memiliki kesamaan, diantaranya memiliki rentang usia yang jauh jika dibandingkan dengan Sisy dan Melisa. Diaz dan Pak Fachruddin juga lebih menyukai kepribadian dibandingkan dengan kekayaan yang dimiliki oleh orang lain, memilih kompetensi mereka dalam melakukan pekerjaan dibandingkan dengan koneksi -- koneksi yang biasanya digunakan.Â
Disaat yang sama, mereka berdua memiliki kepribadian yang bertolak belakang dimana Pak Fachruddin sangat bersahabat, baik, namun memang agak sedikit mudah dalam menyatakan pendapatnya, sedangkan untuk Diaz dia memiliki kepribadian yang juga baik dan bersahabat, namun sayangnya kepribadian tersebut berada dibawah kepribadiannya yang dingin dan tidak bersahabat. Namun memang untuk Diaz harus didekati terlebih dahulu agar mau membuka kepribadiannya yang sebenarnya.
Kehidupan orang kaya juga menjadi salah satu unsur di kedua novel diatas karena Diaz dan Sisy digambarkan sebagai memiliki teman dan saudara yang lebih kaya, untuk di kasus Diaz dia berasal dari keluarga yang kaya dan memiliki saudara dan saudari yang kaya, namun orangtuanya tidak terlalu terlibat dalam bisnis -- bisnis keluarga mereka dan lebih memilih untuk hidup sederhana.