Mohon tunggu...
Abdul Latip
Abdul Latip Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Belajar sepanjang Hayat | Lecture | alatip0212@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Community-Based Education, Masih Adakah?

16 Maret 2024   16:31 Diperbarui: 16 Maret 2024   16:34 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar tetonscience.org

Perkembangan teknologi dengan segala percepatannya mengubah semua sistem pada tatanan kehidupan manusia, termasuk berpengaruh pada dunia pendidikan. Pendidikan saat ini mulai memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan menghadirkan media pembelajaran di kelas yang pada awalnya menganggap mustahil, kini bisa dihadirkan dalam proses pembelajaran. 

Kehadiran artificial intelligence menjadikan objek yang pada awalnya sulit diwujudkan, kini bisa dihadirkan dalam suasana pembelajaran. Namun demikian, kecanggihan teknologi ini tidak serta merta membuat semua hal dalam pembelajaran menjadi mudah dan berdampak baik. Ada saja hal yang kemudian terdampak kurang baik dari hadirnya sesuatu yang baru.

Pada proses pembelajaran dikenal adanya istilah community-based education (CBE), konsep CBE ini dibangun untuk meruntuhkan dinding penghalang antara teks dan konteks yang selama ini sering terjadi dalam pembelajaran. Siswa seolah tidak tahu apa manfaat atau arti nyata dari konsep yang sedang dipelajari di kelas. 

Siswa seolah dihadapkan pada benteng tinggi dan kokoh antara teks yang dipelajari di kelas dengan konteks yang ada dalam kehidupannya.  Oleh karenanya, hadirnya CBE diharapkan dapat mwujudkan  proses pembelajaran yang menghasilkan pemahaman bermakna, yang tidak hanya sekedar tekstual dan konseptual, tetapi juga memahami secara langsung bagaimana konsep itu ada di lingkungannya.

Community-based education (CBE) memiliki banyak manfaat bagi proses pembelajaran. CBE merupakan upaya dalam melestarikan pengetahuan masyarakat yang bersifat turun temurun atau dikenal dengan istilah local and indigenous knowledge. Pengetahuan masyarakat lokal ini sudah berkembang sejak dulu dan mulai terlupakan dengan kehadiran pandangan serta sistem yang lebih canggih. Dengan CBE diharapkan siswa dapat menemukan relevansi konsep yang dipelajari di kelas dengan pengetahuan masyarakat yang bersifat turun temurun itu. Dengan demikian,kelestarian dari pengetahuan masyarakat lokal pun akan terjaga. 

Pada CBE juga diharapkan akan membantu siswa memahami masalah secara real di masyarakat, sehingga belajar konsep dan teori di kelas tidak hanya untuk menyelesaikan soal di atas kertas, tetapi dapat secara langsung dan nyata menghubungkan serta menerapkannya dalam permasalahan di masyarakat.

Dengan kehadiran AI dan tools teknologi canggih lainnya yang mendukung pembelajaran di kelas, apakah proses pembelajaran yang dilaksanakan masih perlu turun langsung ke masyarakat untuk mencari relevansi dan penerapan konsep secara real di lingkungan? ataukah cukup mencari informasi atau menonton lewat bantuan teknologi? Masih adakah CBE yang benar-benar CBE? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun