Perombakan sistem pendidikan ini pada akhirnya memang akan berkaitan erat dengan politik dan power. Sebagus apapun usulan sistem pendidikan dari suatu kelompok, namun jika tidak memiliki kekuatan yang cukup di parlemen dan pemenrintahan, maka hanya akan menjadi wacana yang tidak kunjung selesai.
Lebih lanjut pada ASEAN post dituliskan bahwa UNICEF menyebutkan salah satu penyebab masih tertinggalnya Indonesia dari negara lain dalam hal pendidikan ini adalah akses pendidikan yang masih sulit terjangkau semua kalangan.
UNICEF menyebutkan bahwa anak-anak usia dini di pedesaan terpencil memiliki keterbatasan dan kesulitan dalam menjangkau pendidikan seperti anak-anak di perkotaan. Hal ini menyebabkan hilangnya kesempatan dan peluang untuk belajar lebih awal bagi anak-anak di pedesaan terpencil.
Pada sisi lain, dalam ASEAN post juga dituliskan bahwa UNICEF menyatakan bahwa tertinggalnya Indonesia dari negara lain dikarenakan Indonesia termasuk negara yang rawan mengalami bencana. Sering terjadnya bencana di Indonesia (seperti banjir, longsor, gempa bumi dan lainnya) sedikit besarnya akan berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung.
Point-point tersebut menjadi tantangan untuk semua pihak yang bertemali dengan dunia pendidikan, peningkatan kualitas sistem pendidikan harus menjadi konsen bersama agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang bisa bersaing di kancah internasional.
Penilaian-penilaian skala Internasional seperti PISA bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi keberjalanan dari sistem pendidikan yang diterapkan pada berbagai jenjang. Setiap hasil penilaian, kiranya perlu disikapi dengan bijak sehingga diharapkan mampu menghasilkan kebijakan yang akan membawa pada perubahan yang lebih baik.
Hasil PISA 2015 pastinya sudah disikapi dengan berbagai kebijakan yang sudah diterapkan pada berbagai aspek. Kini kita nantikan hasil PISA 2018 yang bisa dijadikan salah satu tolak ukur ketercapaian dari kebijakan yang telah dikeluarkan pasca hasil PISA 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H