Makassar, sebagai gerbang wilayah Indonesia bagian Timur, menyajikan berbagai macam keanekaragaman budaya dan potensi wisata. Negeri yang dulunya dikenal dengan para perompak, penjelajah seantero dunia, kini terus berbenah untuk memajukan segala potensi lokal dan terlebih kepada potensi sumber daya manusianya. Ragam aktivitas orang Makassar, tercermin dari perawakan yang tegas dan keras. Terlepas dari cerita sejarah, orang-orang Sulawesi pada umumnya memang senang berkelana, menyukai tantangan dan senang bergaul. Tidak begitu membesar-besarkan, jikalau Indonesia dipetakan secara karakter, maka di Sulawesi-lah gudangnya para Kesatria. Tapi kita tidak akan bercerita banyak soal itu, laiknya sebuah cerita, sejarah dan budaya merupakan intro untuk menceritakan atau menerjemahkan segala fenomena dan atau makna kejadian hari ini. Bukannya tak ada yang bisa berlari dari masa lalu? Saya ingin banyak bercerita, walaupun tak banyak yang ingin mendengarkan. Seperti kebanyakan, cerita tentang tempat-tempat terbaik yang pernah kukunjungi adalah motivasi terbesar untuk tetap menjaga intensitas menulis. Cerita-cerita dalam blog ini sebagai catatan sejarah, bahwa generasi mendatang perlu informasi sebagai perbandingan kualitas zaman yang mereka singgahi. Sebagai satu bukti bahwa, alam ini indah adanya, yang terkadang kita lupa dan serakah untuk tidak sekedar ingin menyadarinya. Namun beginilah adanya, informasi itu seperti pedang bermata dua, berbagi cerita keindahan bisa berarti mengajak orang-orang untuk menikmatinya juga, atau malah keindahan itu tak lagi seperti adanya karena begitu diperhatikan (baca: dirusak tanpa sadar disengaja karena kurangnya kepedulian). Paragraf ini adalah keresahan sekaligus rasa bersalah teman-teman karena memberitakan perihal keindahan yang kini ditemui pudar. Spermonde adalah istilah dari bahasa Belanda yang diberikan kepada gugusan pulau-pulau yang membentang di Barat daya pulau Sulawesi mulai dari Takalar di bagian selatan hingga ke Pare-Pare di bagian utara. Dinamakan spermonde karena jika dilihat dari atas, gugusan kepulauan ini memang menyerupai bentuk sperma. Spermonde terdiri dari kurang lebih 130 pulau berpenghuni dan tidak berpenghuni [1]. Sejauh pengetahuan informasi dan pandangan mata, kebanyakan dari pulau-pulau di Spermonde berpasir putih dan masuk dalam gugusan terumbu karang (coral reefs) yang merupakan rumah bagi ikan-ikan berbagai jenis. Kekayaan keanekaragaman hayati ini, sejak tahunan yang lalu menjadi perhatian pariwisata dan dilirik pecinta-pecinta pantai nusantara. Nama Samalona yang membiru di arciphelago nusantara hanyalah satu diantara ratusan keindahan di zona taman laut Spermonde. Secara administratif kebanyakan pulau di Spermonde masuk dalam wilayah Kab. Pangkajene Kepulauan (Pangkep). Namun akses menuju kesana sangat mudah kita jumpai melalui dermaga atau pelabuhan di Kota Makassar, seperti: Dermaga Kayu Bangkoa, dermaga Panyyua dan dermaga Popsa di dekat benteng Rotterdam, Pelabuhan Tradisional Paotere, Dermaga Galangan Kapal, dan Dermaga Barombong. Untuk tarif silahkan bernegoisasi dengan pemilik kapal, setahu saya belum ada tari resmi untuk jasa penyewaan perahu maupun tarif regular ke pulau-pulau. Bagi para pendatang dari luar Makassar, tak perlu takut akan dibodoh-bodohi, masyarakat pulau umumnya masih memegang erat kearifan lokal, ramah dan bersahabat. Bahkan, kalau sekedar tempat menginap di pulau berpenghuni, si nahkoda kapal biasanya menawarkan rumah untuk ditempati dengan fasilitas seadanya. Fasilitas standar yang disediakan pihak resort cuma ada di Pulau Samalona, Kapoposang, dan Panambungan. Selebihnya bawa tenda, dan hammock :) Kepopuleran kepulauan Spermonde ini semakin lengkap setelah diadakannya Festival Pulau Sanrobengi yang diadakan 11 Oktober kemarin. Event kebudayaan dan pariwisata yang diadakan sebagai ajang perkenalan dan pendalaman keanekaragaman masyarakat pulau. Sungguh banyak cerita yang dibuat tentang ketakjuban Spermonde. Sebut saja landmark pulau 'romantis' Cangke', Diving di Samalona, Kodingareng Keke, dan Kapoposang, cerita Neneka (whale shark) yang muncul periode September - November di perairan Kapoposang, atau sekedar bersnorkling ria, beach camp, wisata pantai lainnya, sudah menjamur di jagad artikel dan menjadi cerita menarik di grup komunitas pejalan. Ya, Makassar kini melek pantai, sebuah alarm berbahaya jika tak ditanggapi serius,  bagi yang meng-kekasihkan alam sebagai manifestasi keindahan ilahi.. Penghuni Dermaga Pulau Badi' - Spermonde Pusat konservasi terumbu karang berada di Pulau Badi dan Barrang Lompo', selebihnya ada beberapa perlakuan transplantasi karang yang dilakukan oleh peneliti dari akademisi, profesional maupun dari komunitas. Tapi jangan kira, kehancuran ekosistem terumbu karang juga menjadi fakta yang belum ditanggapi serius oleh pihak berwenang. Monitoring secara pribadi dan periodik selama tiga tahun terakhir, kerusakan karang semakin menjadi dibandingkan upaya pelestariannya. Bom ikan, bius, jangkar kapal, dan ulah penggiat alam bawah laut yang menginjak-injak terumbu karang sangat massif kita temui. Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa pihak yang paling bertanggungjawab terhadap upaya pelestarian adalah pemerintah, akademisi, ataupun komunitas alam, sesungguhnya hal tersebut adalah cara pandang yang salah. Saya ingat dan tercerahkan dengan adagium kampanye pelestarian dari Taman Nasional Takabonerate, "save the people not the coral", artinya selamatkan orang-orang dari kebodohan yang sengaja atau tidak merusak karang. Memang betul jika karang akan bertumbuh lagi, dengan perlakuan terbaik pun, pertumbuhannya tetap lambat, maksimum dua cm pertahun (2cm/tahun) ![2] Jadi, ketika kita menginjak karang yang setinggi 10 cm, butuh waktu 5 (lima) tahun untuk mengembalikannya. Jika benar anda senang bermain dengan ikan-ikan dengan terumbu karang yang sehat, lanjutkanlah kampanye ini. Biarpun pengetahuan kita diperoleh tidak mengikuti kuliah tentang ini, dan tetap ingin membagikan cerita ini kepada rekan kita, anak cucu dan masa depan kita, maka lanjutkanlah kampanye ini. Sampaikanlah dengan bersemangat, seperti saat kita mengunggah keindahan di khalayak... Undewater Kodingareng Keke 5 meter Berbagi cerita itu, bukan hanya menyegarkan jiwa, tapi turut berbagi tentang resahnya hati. Setelah berbulan-bulan draft tulisan ini akhirnya kuselesaikan, ketakutan tadinya membuahkan harapan. Sedikit banyaknya kekuatiran itu akan berguna jika di-bumikan, ingat keindahan tak butuh diperhatikan.. Selamat hari blogger nasional.. :) Macz Indie, 27 Oktober 2014 Pranala luar : - Spermonde dalam Geografi , Spermonde Archipelago - Gugusan Spermonde : Daenggassing - Spermonde Archipelago : Sumarjito - Wisata Kepulauan Sulawesi : Wisata Sulawesi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H