Mohon tunggu...
Aldin DJapari
Aldin DJapari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Already to fight with other, to save our nation and glory http://aldjapari.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berbagi dengan Alam | Pulau Kodingareng Keke | Kep. Spermonde

28 Mei 2014   19:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:01 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suatu hal yang indah, tak ingin diperhatikan... Apakah kita sepaham ? "Waktu masih kecil dulu, ikan nemo masih biasa kita temukan di pantai Losari" cerita seorang warga saat bincang-bincang Makassar tempo dulu. Telak kita harus mengakui bahwa seiring kemajuan zaman, kebutuhan manusia juga meningkat mulai dari pembangunan infrastruktur, eksplorasi sumber daya alam, pengembangan kawasan wisata, sampai kepada dekontruksi budaya. Ironinya, tidak banyak dari kita yang berpikir bahwa segala sesuatunya mesti 'seimbang', dimulai dari manusia dan akhirnya berakibat kepada manusia juga. Ketidakpuasan dan kesadaran minim adalah hal yang justru banyak kita temukan. Ruang aktualisasi yang sedemikian terbuka lebar (sosial media) membuat kita bergerak intuitif tanpa kesadaran 'seimbang'. Alam yang sudah sedemikian rusak selalu beradaptasi menjaga keseimbangan itu sendiri, lalu kita menyebutnya sebagai bencana alam, bukan bencana manusia. Pemanasan global, tanah longsor, banjir bandang, abrasi pantai, gunung meletus, adalah cara alam memulihkan dirinya. Siapa yang membantah, kalau berbicara alam Indonesia seakan tak ada habisnya. Kerusakan alamnya juga demikian, berikut pula menjamurnya komunitas penggiat alam. Fenomena penggiat alam ini harusnya disandingkan dengan kesadaran futuristik, bahwa keindahan itu tak butuh diperhatikan, dalam arti kita harus menjaga segala bentuk keasliannya. Dengan begitu, sedikit banyaknya kita bukanlah pihak yang terlibat langsung dengan pengrusakan, terkadang kita ingin memperkenalkan, membagikan kecantikan alam, namun secara tidak sadar malah merusaknya.

Konteks melestarikan alam berbeda dengan, "budaya melestarikan alam". Budaya melestarikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, atau tanggungjawab komunitas penggiat alam, namun juga tanggungjawab individu manusia. Karena tak mungkin penyu laut memungut sampah plastik atau menanam pohon demi menjaga ekosistem. Seharusnya kita banyak belajar dari alam, bukan hanya pada persoalan "science" tapi juga membantu "self-healing" agar tak menjadi bencana buat kita. Bukan karena uang, melainkan untuk ekspektasi kebanggaan 'tanah kita, tanah surga'... Berikut link dokumentasi video dari kegiatan komunitas Makassar Backpacker, Berbagi dengan Alam di Pulau Kodingareng Keke. 17-18 Mei 2014..

Jangan berpikir melakukan hal yang besar, ketika hal kecil pun tak mampu kita lakukan..

Maka berpartisipasilah.. :)

Catatan:

- Master plan gathering creator : Ippang & Appung

- Pulau 'tak berpenghuni' Kodingareng Keke adalah salah satu pulau dari gugusan karang kepulauan Spermonde, akses transportasi mudah kita dapatkan di Dermaga Kayu Bangkoa, Dermaga Pannyyua, atau Pelabuhan Paotere Makassar. Dengan perahu sewaan kita dapat merapat ke dermaga Kodingareng Keke dengan waktu tempuh 45 menit. Silahkan berkunjung dan berkontribusilah terhadap konservasi keindahan alam..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun