Ketika mendengar kata jurnalisme, kita semua pasti langsung berpikir kegiatan jurnalisme adalah menulis, menulis, dan menulis. Tetapi, benarkah demikian? Apakah nasib jurnalisme ke depan adalah untuk sekedar menulis dan menulis? Tentu saja tidak, setelah kemarin kita membahas mengenai jurnalisme daring atau dikenal dengan jurnalisme online, sekarang kita akan membahas mengenai masa depan dari jurnalisme dibimbing oleh pak Paul Bradshaw dan ibu Rebecca MacKinnon yang keduanya adalah seorang jurnalis online.
The Key of Future Journalism?
Menurut Paul Bradshaw ada tiga inovasi baru yang akan mengangkat dunia jurnalisme "to the next level". Yang pertama adalah The realtime web, maksud dari kata ini adalah sebuah dunia maya yang dapat mengikuti waktu di dunia nyata contohnya adalah fitur "Live Chat" dari Instagram yang dapat memungkinkan penggunanya menyiarkan langsung aktivitas selama durasi satu jam atau lebih. Lalu yang kedua adalah The Big Data.Â
Big data menurut Indra Jaya seorang CEO Krona Indonesia  merupakan sebuah istilah yang muncul untuk menyebutkan segala macam data "mentah" yang bertebaran di internet, dan bagaimana seorang data scientist mengumpulkannya dan menelaahnya menjadi suatu kesimpulan scientific (base on data) untuk keperluan pengambilan keputusan.
Cara kerjanya adalah dengan mengumpulkan segala informasi yang nanti pada akhirnya dapat digunakan oleh semua orang tetapi harus  mampu di interpretasikan dulu agar relevan dengan tujuan utamanya.
Yang ketiga adalah Intelligent devices, kalau yang satu ini pasti sudah tak asing lagi, pada zaman ini ibarat seorang anak baru lahir pun sudah mengetahui apa itu perangkat-perangkat pintar seperti laptop, komputer, dan handphone. Tetapi selain itu intelligent devices juga berkaitan dengan teknologi seperti RFIDs yang mempermudah kita dalam melakukan transaksi atau kegiatan lain dengan cara hanya dengan menempelkan kartu.
Journalism 2.0
Sebelum membahas kata 2.0, sebenarnya apa perbedaan dari jurnalisme 1.0 dan 2.0? Apakah keduanya merupakan software komputer yang bisa di download? Tentu saja tidak!
Perbedaan keduanya adalah pada jurnalisme 1.0 kita masih menggunakan media cetak yang menurut ibu Rebecca MacKinnon hanya bisa kita baca saja, kita tidak dapat melakukan hal lain karena sudah tercetak. Sekarang terbitlah jurnalisme 2.0 di mana kita sudah mendapat media yang memungkinkan kita tidak hanya membaca, tetapi kita juga bisa menulis sendiri berita kita melalui kanal-kanal berbayar ataupun gratis yang telah disediakan.
Pada jurnalisme 1.0 kita terbiasa untuk mendengar atau membaca, karena tidak ada media untuk meresponnya, tetapi pada jurnalisme 2.0, kita dianggap bisa "mengobrol", karena kita dapat langsung merespon, memberikan pendapat, berargumentasi kepada orang lain baik sebagai pembuat konten ataupun penikmat konten.
Jangan lupa dengarkan podcastnya di