Bela negara adalah konsep yang fundamental dalam menciptakan kemakmuran bangsa, terutama dalam konteks pendidikan tinggi di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula). Di tengah tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan (TAHG) yang semakin kompleks dan beragam, penting bagi setiap individu, khususnya mahasiswa, untuk memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai bela negara. TAHG yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini tidak hanya bersifat fisik tetapi juga mencakup ancaman non-fisik yang sulit dideteksi, seperti disinformasi, radikalisasi, dan pergeseran nilai-nilai sosial. Dalam era globalisasi dan revolusi industri 4.0, mahasiswa Unissula sebagai generasi penerus memiliki peran strategis dalam menghadapi tantangan ini.
Perkembangan teknologi informasi yang pesat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, namun juga menimbulkan risiko baru yang dapat mengancam stabilitas sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, bela negara harus dipahami sebagai tanggung jawab kolektif seluruh elemen masyarakat, termasuk di lingkungan kampus. Mahasiswa Unissula perlu menyadari bahwa mereka bukan hanya pelajar, tetapi juga agen perubahan yang dapat berkontribusi dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI. Melalui pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan semangat kebangsaan, mahasiswa dapat dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada.
Salah satu bentuk konkret dari implementasi bela negara di Unissula adalah melalui program Komponen Cadangan (Komcad) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan RI. Program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan pertahanan negara tanpa harus meninggalkan pendidikan mereka. Dengan bergabung dalam Komcad, mahasiswa tidak hanya mendapatkan pelatihan militer dasar tetapi juga membangun rasa disiplin dan solidaritas antar sesama rekan. Ini adalah langkah penting dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki jiwa patriotisme yang tinggi.
Pendidikan kewarganegaraan di Unissula harus menjadi bagian integral dari kurikulum akademik. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa diajarkan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara serta pentingnya partisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan kewarganegaraan bukan hanya tentang teori, tetapi juga tentang praktik nyata di lapangan. Mahasiswa diharapkan dapat terlibat dalam kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar, seperti program pengabdian masyarakat dan kegiatan kemanusiaan lainnya. Dengan demikian, bela negara dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
Lebih jauh lagi, bela negara tidak hanya terbatas pada aspek militer atau pertahanan fisik. Dalam konteks modern, bela negara juga mencakup upaya melawan berbagai bentuk ancaman non-fisik seperti penyebaran berita bohong (hoaks), radikalisasi ideologi, dan pengaruh negatif dari budaya asing. Mahasiswa perlu dilatih untuk menjadi kritis terhadap informasi yang diterima dan mampu melakukan analisis terhadap berbagai isu sosial yang berkembang. Dengan kemampuan ini, mereka dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih cerdas dan berdaya saing.
Sebagai institusi pendidikan tinggi, Unissula memiliki tanggung jawab untuk membentuk karakter mahasiswa agar memiliki sikap bela negara yang kuat. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bela Negara yang ada di kampus. Melalui UKM ini, mahasiswa dapat belajar tentang kepemimpinan, kerja sama tim, dan tanggung jawab sosial. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya membentuk karakter mahasiswa tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas antar sesama anggota.
Di sisi lain, penting bagi Unissula untuk terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga swasta, dalam rangka memperkuat program-program bela negara. Dengan kolaborasi ini, mahasiswa dapat mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk belajar dan berkontribusi dalam berbagai bidang yang mendukung kemakmuran bangsa. Misalnya, melalui program magang di instansi pemerintah atau organisasi non-pemerintah yang fokus pada isu-isu kebangsaan.
Bela negara juga harus dipahami sebagai upaya untuk membangun kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam konteks keberagaman budaya dan suku bangsa di Indonesia, mahasiswa perlu diajarkan untuk menghargai perbedaan dan mengedepankan dialog sebagai solusi atas setiap permasalahan. Dengan cara ini, kita dapat mencegah terjadinya konflik sosial yang dapat mengancam stabilitas nasional.
Akhirnya, saya percaya bahwa bela negara adalah fondasi bagi kemakmuran bangsa. Dengan menanamkan nilai-nilai cinta tanah air dan kesadaran berbangsa sejak dini di kalangan mahasiswa Unissula, kita tidak hanya mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin masa depan tetapi juga memastikan bahwa mereka akan berkontribusi secara aktif dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI. Melalui pendidikan yang berorientasi pada bela negara, Universitas Islam Sultan Agung dapat menjadi pionir dalam mencetak generasi khaira ummah generasi terbaik yang siap menghadapi tantangan zaman sekaligus berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat luas.
Dengan demikian, peran Unissula dalam menanamkan nilai-nilai bela negara sangat krusial untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik tetapi juga memiliki komitmen kuat terhadap kemajuan bangsa. Tanpa sikap dan perilaku bela negara dari setiap individu, cita-cita kemakmuran bangsa akan sulit tercapai. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menggalang semangat bela negara demi masa depan Indonesia yang lebih baik.