Mohon tunggu...
Antonius Lucas Subekty
Antonius Lucas Subekty Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Isteri Lusiana Maria Widya Permana Sari Anak 1 Felisitas Arum Permana Nina Prastiwi Anak 2 Agata Laras Permana Gita Prastiwi Anak 3 Antonius Satya Permana Tyas Prastiwi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Silakan Duluan…

28 Juli 2015   23:09 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:19 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fisik besar bisa menguntungkan: dapat jatah banyak. Kalo senang: suka. Kalo bosan: ogah! Ini dulu gaya Elepo Gajah, Elepantin, dan Bledugio anak. Pengen nomor satu dan selalu di depan. Padahal berada di tengah dan belakang juga perlu. Butuh waktu lama dan berat, sampai Bledugio bisa berkata, ‘Silakan Duluan…’ tanpa menyerobot di urutan depan!
“Hehehe… kisah menarik. Mirip pengalaman kami.” Suara duo Bufalembo dan Bufabonitu Kerbau. “Dulu kami demen merebut posisi di depan! Tanduk kami siapkan di depan. Aman! Hehehehe…” Bufalembo seolah menyihir Komunitas girang. Tetapi segera, “Tunggu kawan. Tunggu dulu! Apakah tahu: berapa korban berjatuhan akibat sikap buruk kami?” Komunitas hening ikut berpikir bersama Bufabonitu.

“Pasti banyak korban berjatuhan!” Suara Decki Itik memecah keheningan. “Benar Decki. Banyak korban!” Duo Bufalembo Bufabonitu mengaku. “Tindakan agresif mendatangkan gesekan dan benturan keras. Perpecahan merusak kerukunan. Persaudaraan ternoda. Naluri balas dendam membara! Malu kami, kalau mengingat saat-saat itu: agresif, sadis dan merusak!” Komunitas hening menyimak. Elepo dan Elepantin melanjutkan “Kami keliru. Bahkan jiwa dan fisik dirusak. Ambisi sangat ambisius membius: napsu meledak-ledak pengen di depan. Itu salah!” Trio Elepo Elepantin Bledugio mengaku.

“Tetapi mengapa sekarang: Bufalembo Bufabonitu serta Trio Elepo Elepantin Bledugio harmonis dan jadi inspirasi Komunitas Ini?” Decki didampingi Itikunite belahan jiwa dan Merimaribet anak semata wayang bertanya. Komunitas tambah semangat ingin tahu. “Jalannya panjang dan berkelok-kelok! Komunikasi buntu. Egois dan ego sektoral! Kami menghajar siapa saja yang beda! Maafkan kami.” Duo Bufabonitu Bufalembo mengaku, kemudian “Hal sederhana yang membuat kami bisa berkontribusi di sini: konsisten pikir dan lakukan pada siapa saja ‘Silakan Duluan…’ Semula gak rela. Pukul dulu. Urusan belakangan! Andalkan fisik dan jumlah besar. Yang lain pasti kalah! Dari dulu kami keliru. Maafkan kami.” Komunitas menyimak pengakuan jujur Bledugio. “Syukur Komunitas Ini beri kesempatan belajar. Terima kasih. Kami berubah karena: sadar ada individu lain. Ada partner. Jika ingin berkembang, perlu hidup bersama. Damai. Kasih kesempatan coba dan ambil bagian.” Elepantin menjelaskan, lalu “Inisiatif kasih kesempatan siapa saja. Karena setiap individu setara di hadapan Sang Mahapencipta. Penting: ‘pause a moment and reflect your life’. Kasih kesempatan pada teman, saudara, dan rekan yang juga ingin maju. Katakan ‘Silakan Duluan…’ dengan tulus ikhlas tanpa pamrih pada siapa saja.” Tepuk tangan mengiringi suara Elepo seolah menyihir hadirin. Komunitas Ini selalu optimis dan mau jadi lebih baik!
Saatnya mendengarkan suara hati…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun