Mohon tunggu...
Antonius Lucas Subekty
Antonius Lucas Subekty Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Isteri Lusiana Maria Widya Permana Sari Anak 1 Felisitas Arum Permana Nina Prastiwi Anak 2 Agata Laras Permana Gita Prastiwi Anak 3 Antonius Satya Permana Tyas Prastiwi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Optimis dan Jenuh Bersama

12 September 2015   17:26 Diperbarui: 12 September 2015   17:47 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup sehari-hari pasti mengalami ‘downs and ups’. Kegelisahan menerpa ketika sedang ‘downs’. Berat rasanya hidup ini. Pengen lari dan cari alternatif baru, biar terhibur. Sadar ada komitmen yang menjadi laksana pengikat, upaya positif dan baik jadi pilihan; manakala ada godaan cari aman. Nah, akhirnya roda hidup bergeser ‘ups’. Ada dorongan lebih semangat dan antusias menyelesaikan tanggungjawab dan pekerjaan. Hidup terasa lebih ringan. Timbul keinginan dapat menggapai lebih tinggi lagi. Dinamika macam ini disadari keluarga Singosh Macan bersama Harimoly isteri terkasih yang melahirkan Gogoringo anak semata wayang.

Sadar bahwa hidup itu naik turun seperti itu, keluarga ini punya komitmen ‘Optimis dan Jenuh Bersama’. “Apa maksudnya?” Demikian pertanyaan Juniors. Ternyata keluarga ini sadar bahwa baik susah atau senang dalam hidup perlu saling mendukung. Dalam keadaan apa pun setiap individu hendaknya mau duduk bersama dan ngobrol untuk menemukan jalan keluar agar hidup dan kehidupan lebih berkualitas. Sebabnya adalah tanggungjawab moral berkomitmen dalam cinta itu perlu diperjuangan dengan optimis.

Semula Singosh mengaku oportunis. Hanya mau enak dan lancar saja. Sikap dan tindakan ceroboh dan sembarangan plus suka-suka! Ketika sudah berkeluarga dan mendapatkan momongan, perubahan untuk hidup dalam semangat ‘Optimis dan Jenuh Bersama’ menjadi kesadaran dan dilakukan. Ini prestasi yang diperoleh keluarga dengan tiga personel ini. “Apa kendalanya untuk bertahan dalam semangat itu?” Juniors bertanya pula. Menjawab pertanyaan ini Harimoly mengakui bahwa dalam perkawinan dan hidup keluarga, komitmen untuk setia sampai maut memisahkan, paling sulit dijalankan. Godaan berganti pasangan bertebaran di mana-mana. Kualitas individu tampak ketika konsisten positif dalam komitmen hidup dalam cinta menjadi kenyataan. Karena itu baik isteri maupun suami ambil bagian penuh. Tindakan ini bermanfaat saat anak yang hadir diterima sebagai anugerah untuk dididik. Tanggungjawab orangtualah menjadikan setiap anak berkarakter dan berkompetensi unggul. Di keluarga dan Komunitas ini bisa! Di situ?
Saatnya mendengarkan suara hati…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun