Berani mengambil risiko dan bertanggungjawab adalah kualitas penting untuk jadi seorang pemimpin. Konsekuensinya berat, karena menomorsatukan kepentingan rakyat. Hanya ketulusan dan kebenaran yang bisa menjalankan hal ini. Butuh dorongan dari dalam yang kuat dan konsisten. Mengapa? Ada kecenderungan tugas memimpin dibebani dengan balas budi dan ‘mengembalikan modal’. Unsur yang dominan adalah politik daripada pengabdian. Bisa dibayangkan jika hal ini terjadi juga di lingkungan keluarga. Anggota keluarga dijadikan obyek dan terjadi manipulasi tiada henti!
Sadar bebenah dan memperbaiki keadaan, Komunitas Ini rajin melakukan kajian. Hari ini tampil sebagai rekan diskusi adalah keluarga Mori Kelinci yang bersuamikan Dido. Mereka dikaruniai Gugum yang sudah beranjak dewasa. Dulu mereka sama seperti yang lain. Pintar melepas tanggungjawab dan ‘cuci tangan’. Jika ada maunya, baru mendekat. Jika ada tanggungjawab mulai cari-cari alasan bisa melenggang dan menghilang… Akan tetapi akhirnya mereka bisa sadar! “Apa faktor utama yang membuat keluarga ini sadar?” Juniors penasaran ingin mengambil pelajaran berharga.
Langsung Gugum menjelaskan dengan senyum mengembang. Hadirin antusias menyimak. Dikatakan yang menjadi pendorong utama ada di ungkapan ‘Aku yang Menanggung’. Artinya ada inisiatif dari setiap individu ambil bagian penuh. Dalam keluarga, orangtua yang bertanggungjawab membimbing anak-anak sampai pada kesadaran. Kadang jalan panjang dilalui untuk sampai ke situ. Peran orangtua sama dengan pemimpin yang memberi teladan. Sedikit kata-kata, dan banyak praktek memberi contoh nyata. Proses ini terjadi setiap hari. Ketika senang atau susah, tetap saja komunikasi efektif berlangsung sepenuh hati. Ternyata didikan yang benar dan konsisten, akan berdampak nyata pada individu yang mau terbuka. Tugas orangtua dan pemimpin sama: membantu setiap individu punya semangat yang sama atau lebih baik! Ingin maju dan terbuka pada informasi baru. Kesalahan diperbaiki. Yang baik dihargai proporsional. Pasti ada kemajuan, meski nampak perlahan-lahan.
Proses menjadi dan mengerucut pada esensi berkualitas itu membutuhkan pengorbanan. Setiap usaha yang dilakukan dengan benar akan menghasilkan individu berkarakter kuat dan terbuka pada kerjasama dalam semangat ‘mutual respect’. Satu lagi kelebihan Komunitas Ini. Di sini bisa! Di situ?
Saatnya mendengarkan suara hati…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H