Kenapa dipertentangkan antara ‘cinta’ dan ‘bela’? Signifikan bedanya! Seperti apa itu? Pertanyaan yang berangkat dari rasa ingin tahu datang dari Juniors dan Seniors. Dengan tenang pasangan Mori dan Dido Kelinci menjelaskan. Bahwa ‘cinta’ dipilih agar sedari awal sudah fokus untuk mengembangkan potensi diri.
Optimalisasi dari dalam dulu, baru ke luar. Cinta yang dimaksudkan adalah semangat tulus ikhlas tanpa pamrih di pikiran, perkataan, dan tindakan. Sendiri atau bersama: tetap sama. Jadi pusatnya ada di dalam. Apakah ada lawan atau tidak, bukan dan tidak masalah! Individu yang sudah sampai tataran ‘Cinta Negara’ akan total melakukan gerakan dari dalam yang proaktif. Inisiatif muncul tepat dan menghemat banyak sumber daya, sebab pusatnya ada di dalam setiap individu!
Bedanya dengan ‘bela’, signifikan. Belum apa-apa sudah ada bayangan penyerangan. Krisis. Ancaman. Semua itu terkondisi dari luar. Bahkan ancaman internal bisa jadi dipinggirkan. Asumsinya: ini ‘kan di dalam, santai sajalah. Kita fokus ke luar saja… Gaya dan pola pikir semacam ini berciri reaktif. Pihak luar atau eksternal yang jadi pemicu dan pendorong melakukan tindakan. ‘Bela Negara’ memunculkan rasa ancaman dari luar dulu; sedangkan yang di dalam justru perlu pertama ditaklukkan lebih dulu!
Sadar ‘Cinta Negara’ penting, dibangunlah semangat patriotisme. Cinta tanah air diwacanakan dengan tindakan konkret yang spesifik. Dibuat kegiatan dari kanak-kanak bangga sebagai warganegara. Jika ini berhasil, tanpa diminta otomatis akan ‘Bela Negara’. Ini sudah dilakukan banyak pendekatan.
Sementara ajakan ‘Bela Negara’ belum sertamerta menumbuhkan ‘Cinta Negara’. Bahkan bisa jadi terpaksa, karena belum sampai pada esensi cinta tanah air! Patriotisme masih tipis. Buktinya? Lebih bangga menggunakan atribut Negara lain daripada Negara sendiri. Itu hasil pengamatan di Komunitas Kita.
Jelas prioritas menumbuhsuburkan ‘Cinta Negara’ jadi kegiatan sehari-hari tiap keluarga. Komunitas Kita berhasil melakukan ini. Tiap keluarga disapa untuk melakukan tindakan nyata. Di sini bisa! Di situ?
Saatnya mendengarkan suara hati…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H