Oleh: Hadi Al Sumatrany
Sudah menjadi rahasia umum di dunia intelijen, bahwa sebuah isu sangat penting diciptakan dan dikelola sedemikian untuk membuat kepanikan. Tujuan akhirnya tentu saja mengalihkan perhatian publik dari kebijakan pemerintah yang tidak populer atau berpotensi ditentang publik. Cara-cara seperti ini sudah pernah diperaktikan oleh tiap rezim sebelumnya di republik ini untuk meredam berbagai isu sensitif.
Sebagai rakyat biasa yang mengikuti berbagai perkembangan terutama soal politik di negeri ini. Saya juga penasaran dengan maraknya berita begal yang menghiasi media cetak dan elektronik belakang ini. Ini salah satu isu yang muncul pertama kali dan mampu menyita perhatian publik. Saya salut kepada aktor intelektual yang mampu membuat isu begal menghiasi pemberitaan di republik ini. Tentu pertanyaannya intel mana yang menciptakan isu begal ini, dan untuk apa tujuannya?
Coba buka kembali lembaran sejarah negeri ini sebelumnya. Bagaimana ketika pemimpin negeri ini terdesak oleh sebuah kebijakan penting yang menimbulkan pro-kontra. Maka ada saja senjata untuk mengalihkannya supaya rakyat terpana. Dulu isu penggerebekan teroris sangat sering muncul dan mampu menghebohkan ruang publik yang mengikutinya. Itu salah satu kartu As yang cukup menguntungkan aktornya. Begitu pemerintah mendapatkan sorotan publik, eh tiba-tiba ada pengerebekan dan penangkapan para teroris. Jangan-jangan memang sudah terdeteksi terorisnya hingga dimainkan saja sandiwara pada momen tertentu.
Belakang kartu As pengerebekan teroris sudah tak menguntungkan lagi. Karena bagi publik hal tersebut sudah terbiasa, dan pengelola media pun sudah tahu bahwa ratingnya kalah dengan isu hot lain. Kemudian muncul lagi eksekusi mati yang menjadi isu panas yang sangat menyita publik. Tiba-tiba eksekusi mati menjadi keputusan sangat tegas ditengah ketidakberdayaan pemerintah menyelesaikan konflik KPK-Polri.
Sebagian publik lagi-lagi disibukkan untuk mengikuti secara intens pemberitaan eksekusi mati. Meski akhirnya begitu sempat reda konflik KPK-Polri, maka ada penundaan lagi eksekusi mati. Lama kelamaan publik pun mulai bosan dengan masalah hukuman mati tersebut. Sehingga sang empunya hajatan putar otak untuk membuat isu baru yang tentu saja sudah jelas tujuannya.
Kemudian di saat panas-panas lagi konflik KPK-Polri pascaditerima gugatan praperadilan BG dan jelang keputusan Presiden Jokowi terhadap Kapolri baru. Isu yang di kemas juga rapi adalah soal kejahatan begal yang tiba-tiba menjadi marak. Masalah begal menjadi cukup menarik dengan berbagi peristiwa sadis yang sepertinya dilakukan orang-orang terlatih. Muncul secara tiba-tiba isu begal cukup menakutkan masyarakat hingga media ikut mengambil porsi dalam pemberitaan. Karena publik begitu ingin tahu, meski tak tahu, apakah ini kriminal murni atau murni setingan.
Tentu saja untuk menciptakan sebuah rekayasan intelijen tak mungkin melibatkan orang biasa. Ada institusi yang bermain, diperintah dan untuk tujuan tertentu yang berhubungan dengan kekuasaan. Kita makin curiga kok, secara serentak isu begal muncul di ibukota republik ini dan sekitarnya. Meski ada sebagian olah preman yang kemudian tertangkap, tak tertutup kemungkinan ditunggangi oleh orang terlatih guna memperkuat isu begal.
Sayangnya cara-cara tersebut cukup merugikan hingga menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat. Karena yang menjadi sasaran bukan hanya wanita saja seperti olah preman, tapi lelaki pun yang biasanya segan, juga menjadi sasaran. Sejauh ini isu begal yang muncul serentak seperti satu arah intruksinya cukup berhasil. Maka patut dipertanyakan ini, intel mana yang bermain dalam isu ini?. Silah anda sendiri ke mana mencurigainya. Kita tunggu lagi isu baru apa yang yang akan dimainkan.
*Penulis rakyat biasa di republik ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H