Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menatap Kongres Perempuan di Jogja 22-25 Desember 1928

22 Desember 2023   09:25 Diperbarui: 22 Desember 2023   09:44 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jogja sungguh menentukan, saya coba menulis bahwa tanggal 22 Desember setiap tahun mengapa di sebut hari ini sebagai hari ibu sungguh sebuah fenomena yang menarik saya untuk sekedar menulisnya kembali betapa Jogja pernah menentukan dalam perjalanan sejarah bangsa NKRI tercinta ini.

Hari ibu setiap tanggal 22 desember  di peringatai atas inspirasi konggres perempuan pertama( I) di Yogyakarta tepatnya di Ndalem Joyodipuran ( sekarang balai pelestarian budaya ) di Jalan Brigjen Katamso Yogya ( Gondomanan), dalam konggres ini dimulai daari tanggal 22 Desember sampai 25 Zdesember tahun 1928 sebagai tonggak kesadaran politik perempuan di Nusantara kala itu.

Setelah konggres ke dua ( 2) dengan tema pemberantasan buta huruf ( perempuan) namun konggresn perempuan ke tiga ( 3) yang mencetuskan bahwa awal mula konggres ( di jogja ) tanggal 22 Desember di tetapkan sebagai hari Ibu dan di perkuat dengan Kemudian berdasarkan Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 Presiden Soekarno akhirnya secara resmi tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu (detik.com)

dok.KPI 
dok.KPI 
Jogja sungguh sebuah tempat yang menentukan adalah benar adanya namun  bagaimana kita menatap perjuangan kaum perempuan/Wanita/ibu/mba/gadis/ bila kita tidak menyadarkan diri bahwa sebenarnya kaum perempuan dan wanita sungguh menentukan dalam perjuangan bangsa ini terutama di Jogja dan NKRI pada umumnya.

Bberapa orang wanita di Jogja bahkan mempunyai kedudukan tinggi seperti jadi bupati di Sleman  dan dulu juga di Bantul dan Gunung kidul pernah ada lho wanita  yang menajdbat sebagai bupati jangan lupa dan sekarang peabat bupati di KuLon Progo juga seorang wanita.

Saya coba menuis dengan niat bahwa kaum Hawa dan kaum Adam sudah sedemikian setara dalam menduduki jabatan publik di Jogja dan inilah bukti perjuangan para pendahulu di ndalem Joyodipuran sungguh menginspirasi dalam para wanita kekinian hingga kini terutama di Jogja.

Walau saya juga tidak lupa banyak juga wanita yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan juga profesi lain yang kadang di pandang sebelah mata, namun kemodernan wanita sekarang nampaknya di mulai dari keluraga adalah benar adanya , bisa berbisnis di rumah atau mulai menjalankannya sambil momong anak sudah biasa karena sekarang mereka sudah melek Teknologi Informasi. \

Modalnya mereka adalah bisa membagi waktu dan juga atas izin suami bisa jadi bisnis mereka melebihi pengahsilan suami akhirnya  dan ini fakta yang ada sekarang.

keterwakilan KPPS dan jug calon Parlementer dan DPD  adalah prosentase yang benar proposinya namun tahun ini tidak ada capres dan cawapres dari perempuan itu adalah hal yang nayata (sunggguh disayangkan) walaupun prosentasi calon DPD dan parlementer prosentasenya  semakin banyak namun ternyata realitanya masih kecil  juga yang jadi wakil rakyat atau  DPD.

Sungguh semua berkat perjuangan konggres perempuan pertama di ndalem Joyodpuran dan ini adalah buah yang kita dapatkan sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun