Menjalankan diri berjalan di muka bumi ini dengan segala tindakan dan rintangan yang ada yang menjadikan setia kita yang lulus cobaan akan menjadi sebuah kata baru di rumahku.
"Jalan apapun yang kamu pilih akan kamu temui kedepannya itu ujian atau suatu keberuntungan " kata mas Bagus kepadaku
"Ini bukan apa yang aku pilih namun ini keyakinan kita mas" jawabku coba mengerti ucapan kekasih hatinya .
"Namun semua yang terjadi adalah ditanggung tangan kita sendiri" jelas mas Bagus untuk meyakinkan Safitri tentang keteguhannya membela apa yang di yakininya di hidupnya.
"Kemerdekaan untuk berekspresi dan berjuang mewujudkan cita-cita dan cinta kita benar mas namun kata bapk sebaiknya mas waspada bulan-bulan ini sungguh sepertinya bulan yang menentukan kedepannya negeri ini" jawab safitri coba memberi pemahaman kepada sang kekasih hatinya.
Bulan-bulan di tahun 1965 ini banyak yang kau tidak mengerti namun bapak sudah wanti-wanti bahwa berita di radio dan koran semua nampak menuju suatu titik yang saling memojokkan antar elemen bangsa ini semakin kelihatan nyata di ranah sosial dan budaya khusus di Jogja.
Beberapa friksi dan juga kekerasan fisik mulai ancaman, intimidasi antar golongan kiri dan golongan religius semakin nyata, saling menekan dan juga saling sengkarut untuk mencari pengaruh di mata rakyat.
"Aku hanya khawatir mas semua ini menuju pada poros politik Nasakom yang didengungkan pemimpin besar revolusi " kata Safitri kapada mas Bagus
"Biarin aku tidak ikut politik aku hanya senang berpuisi, senang melakonkan drama, main ketoprak dan inilah apa yang aku namakan suka dan cinta" jawab Bagus lebih mencoba memyakinkan Safitri tentang kesenangan kepada seni.
**
"Semua hanya kepada waktu yang aku pasrahkan dan ini tentang misteri waktu yang belum terbuka apa yang akan terjadi kelak"