Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutjing Manis Pujaan Hati (08) Simbok dan Pintu Rumah Kami

15 Juni 2023   23:07 Diperbarui: 15 Juni 2023   23:20 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku baru tahu setelah semua ini berakhir, 

semua karena waktu yang membatasi

tentan usaha

takdir dan rencana Allah swt

kita tidak pernah tahu menahu kemudian

.....

Hari ini genap simbok empat puluh harinya , suara yassin berkumandaang syahdu di rumah istriku, aku tidak bisa menolak ini sebuah takdirNya, simbok sudah kembali kepangkuanNYa. Keabadian yang langgeng karena setiap yang bernyawa akana merasakan mati benar adanya.

Simbok sudah kembali, dengan penghantaran yang sedih, berbading kebalik ketika kita lahir kedunia ini kita menangis semua gembira dengan kelahiran kita, karena dunia tidak abadi benar adanya, isinya hanya  sendau gurau semata adalahbenar adanya.

" pintu pawon itu tidak usah di tutup" kata simbok kepada kami

" nggih" jawab kami serempak

"ben , biar orang yang lewat mudah melaluinya" kata simbok kala itu

kami sedikit bertanya dalam hati, makna pintu pawon kami tidak boleh ditutup rapat, aku sebagai menantu sungguh tidak menyangka akan kepulangnya yang sedemikian halusnya Allash swt meminta kembali simbok keabadianNya.

"pintu itu yang buat bapakmu nduk, anak-anakku semua" katanya lirih kala itu itu di hari kedua setelah lebaran dan kami masih berkumpul diruang depana yang luas yang kebetulan kakang sudah keramik sesuai permintaan simbok

" kalau sudah di keramik nanti bnayak tamu ( lebaran) yang akan datang kesini" ucap simbok kepaada kami

Itulah yang tidaka kami menyangkanyaa simbok masih bisa tersenyum karena tutug dalam puasanya kemarin aku sang menantu saaja kalah tutuk, tidak bisa full sebulan karena sakitku yanga medadak kala itu.

" pintu pawon ( dapur) tidak usah  di kunci " pinta simbok kepada kami yang kami jawaaaaab dengan senyum menyambut hari kemenangan idul fitri keamrin.

Sungguh kami tidak tahau peling sanepa simbok untuk tidak mengunci pintu pawon rumah tabon itu yang inginkami tahu  daana harpakana simbok tetap sehat dan berumur panjang serta menyertai kami anak, menantu dan cucu sampai kini.

" wes, sudahlah kalian bahagai?" tanya simbok yang kami aminkan bersama-sama

"aamiin mbok, sehat ya  mbok" kata kami bersamaan.

Waktu memamg masih memihak kepada kami dan simbok keceriaan itu membekas dalam hati kami dan semua seaka tidak percaya simbok di pundut kersaning Illahai kalaa akami sedang senang dan menanti kebahagiaan fitri kala itu.

Kami baru sadar Pintu itu adalah jalan keluar masuk yang berarti simbok sudah tahu tentang hidup dan kematiannya sendiri,

"pintu yan utama melihat dunia  ini adalah  pintu ketika kita lahir,  pintu rumah kita, pintu kamar kita dan pintu hati kita, serta paintu surga yang harap kita aharapkan kemudian hari" kata pak ustad saat mengisi yasinan malam ini.

"pintu kedunia iniadalh ibu, simbok dan juga mama kita" ujarnya kepada kami

"yang harus kita jaga adalah pintu rumah kita, tetapi lupa kita bahwa pintu itulah yang akan kita menghantar bekerja, mencari nafkah dan juga akan menghantarkan kita kembali kepada yang maha kuasa kelak"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun