Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rasa Itu

18 Januari 2016   19:41 Diperbarui: 18 Januari 2016   19:52 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebenarnya aku tidak mau menulis surat ini dik, hanya kepadamu lah aku ingin menulis surat ini dan hanya kepadamulah aku berkata sebenarnya, walau sekarang sudah ada email, FB, Wa dan seabreg kemudahan dlam medsos, surat ini aku tulis hari ini setelah sholat maghrib, kan kamu baca dna kamu robek terserah kepadamu.

Aku hanya kan menuliskan tentang perasaan galau dihatiku yang entah mengapa tidak bisa kan kutulis di media instagram, wajahku semakin buruk nantinya(kelihatan tua) dan aku tidak mau menulis di wall FBku ntar aku dikira masih suka pada gadis-gadis muda yang seumuran dengan anak-anak kakaku kelak.

Dik, sebenarnya aku hampir melupakanmu , entah mengapa foto di handphone yang memfoto murid kita itu membuat aku sekejap melihat raut wajahmu berubah , kamu tahu kan melihat anak didikmu  memefoto kamu tanpa sepengetahuanku dan di HPku tersimpan senyum manis apa adanya dan kamu dik, tidak berbedak dan bergincu membuat akau terkesiap , kamu benar-benar cantik apa adanya.

Dik, semakin do'a ini aku panjatkan semakin hari ini sepi dan aku  menyadari bahwa Allah swt meyayangimu setulusNya, aku tahu di HP ini hanya saenyum terakhri yang aku lihat darimu.

Aku belum sempat mengatakan padamu tentag senyum khsa dan tanpa dibuat dibuat ini aku tahu tentang kamu sejak kita merintis sekolahan ini SLB cita-cita kita yang abadi.

Berbuat maksimal adalahkenyataan yang pernah kamu katakan dan hal inilah yang membuat memicu darah mudaku(walu sudah tua) untuk kembali kemedan laga"memperjuangkan pendidikan tanpa batas ini 

Entah mengapa semua ini hanya rinduku dan mungkin rindu teman-teman juga disekolahan ini kelak, senyummu masih terpapar dihati-hati anak didik kita yang polos dan apa adanya.

Aku hanya berdo'a semoga semua diterima di sisiNya Pahala dan di ampuni segala dosa-dosamu didunia ini, dan kami tetap merindukan senyum dan ceriamu.. sekian

Memang tidak di nyan hari itu sabtu kami masih bersendau gurau untuk meyakinkan bahwa besok senin adalah hari terbaik untuk upacara kami yang pertama masuk sekolah sejak libur panjang dan libur akhir tahun yang suntuk itu

Kabar itu menghentak kami, bu guru yang canti dan supel itu terkena musibah dan memang musibah yang membuat kami terhenyak sadar bahwa kematian adalah benar-benar dekat dengan kita dan semua hanya seperti angin dan sepeti tv yag semudah memindah chanelnya aku terkaget-kaget benar

"pak ada lelayu" sms di hp itu pagi itu minggu, itu membuat aku lemas dan tekabedaya"bu senur meninggal pak" tulis sms yang nampaknya di kirim oleh bu tiwi gurukami yanglain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun