Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara, Sebuah Novel 22

19 Februari 2016   20:19 Diperbarui: 19 Februari 2016   20:50 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita yang kemarin 

[caption caption="HANYA SEBUAH PAINT DARI AL SAYID"]Nampaknya Suasana panas di meja oval kabupaten Kulon Kali Perkakas, juga mengimbas pad aaparat di abwahnya, spontanitas di desa kami menjadikan satpol pp membersihkannya, walau inilah tujuannya untuk membuat tentaram anatara yang setuju dan menolak bandara , tampaknya anak buah, centeng pengusaha cakil semakin menjadi dan terjadilah hampir bentrok dengan pemuda kami,  tetapi aparat belum mencium akan "hampir terjadi bentrokan" ini.

Satpol PP yangbertigas membersihkan smepat membuat muring sebagian pemuda kami dan sebagian tetap meminta spanduk spontanitas ini diturunkan tanpa ijin mereka

"sebaiknya sedulur sendiri yang mencopot spaduk ini" dengan pengeras suara berkelilling memekakan telinga kami, apakah semua setuju  dan ada yangmenolak terserah kami, kata beberapa pemuda kami.

"apakah sedulur tahu ini bukan proyek dari kabupaten ini langsung proyek propinsi dan pusat " jelas satpol PP diatas mobil dengan pengeras suaranya yang sombong lagaknya, semua tidak peduli sepadnuk kami yangmasuk dalam pembahasan ketakutan pengusaha Cakil tetap kami pertahankan.

***

Malam yang larut dalam mendunga da sekelip bintang yang bersinar cerahnya,pendapa ini akankah menjadi pendapa kenangan kami yang terakhir ataukah ini pertanda bahwa hujan di bulan februari ini menandakan bahwa masih banyak jalan yang diperjuangkan untuk kemakmuran tanah tumpah darah kami dan "apakah harus rela berkorban demi seuatu" nampaknya pertanyaan ini belum terjawab oleg yang punya kebijakan di meja oval kabupaten kami ini.

Bukan menolak, tetapi komunikasi kami dan kamu dan entah siapa yang berani membujuk kami ataukahkamu heran inilah "jual beli " informasi yang dipelintir untuk sesuatu yang lebih"besar agaknya" di buat sedemikian rupa sehingga masyarakat semua ditunggu "mantuk-mantuk" tanda setuju pembangunan bandara ini.

 

topeng pejabat

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun