Entah yang kamu dan aku pikirkan, menjadi batu, seperti malin kudang atau menajdi batu seperti loro jongrang di prambanan? taukah menajdi batu sebagi pembentuk jalan aspal di jalanan? pilihan sulit dan harus di akui sebagi upaya pilihan yang beragam tanggapan negatif.
Banyak yang tidak emnyangka orang hidup "pada batu" dan orang sanggup hidup menajdi batu, benar-benar ada, bahkan inilah fenomena yang ada orang sanggup bekerja profesional pada suatu bidang dan tidak melepasnya seumur hidup, bahkan inilah yang menjadi aku kagum , seakan "membatu" dan akhirnya anak cucu melanjutkan"menjadi batu" dan membuat hikamah , karena menajdi merek tertentu"menjadi batu " seakan menjadikan diri hanya mencolok pada brand, image yang itu dan membuat orang tahu bahwa "sesorang  menajdi batu" adalah pilihan yang bijak, walau mengorbankan senangnya dunia dan hanya satu yang dikejarnya"menajdi batu sesuatu".
Tetapi sadarkah kita hanya batu yang bisa membuat orang bahagia( batu permata, batu akik, atau batu intan) inilah kenyataan menjadi koleksi dan memng orang lupa kahirnya menjadi batu juga dalah suatu penyakit yan mengerogoti batu ginjal, batu empedu dan batu lainya membuat kit sakit dan harus mengobatinya jutaan rupiah.
Menjadi batu, mbeguguk, tanpa kalah, dan hanya bisa berlobang bila kena tetes air adalah nyata dan bila ini dilanjutgakan batu akan berlobang, inilah keajaiban alam yang membuat kita harus sadar bahwa batu mengajari kita bahwa hidup harus serba diperjuangkan, bukan instana adalah kenyataan.
Bagaimana dengan pengukir batu, inilah hebatnya ornag Jawa dengan beribu candi  dan inilah dibuat oleh tangan terampil dan inilah kehebatan ornag yang mengukir batu.
Mau bersusah payah emngukir dna memoles batu untuk seni dan keindahan adlah kenyataan yang tidak bisa ditolak.
Hubungannya dengan gaya hidup adalah:
1. sekarang orang tidak ada yang mau menulis batu( serba instan)
2. hanya batu akik yang laku'
3. batu kerikil hanya laku bila di buat aspal jalanan
4. batu besar sudah habis ditambang untuk makan manusia dan\