Ketika dulu ide menyatukan kali progo dengan kali opak adalah sebuah bentuk perlawanan kepada penjajahan Belanda dan Jepang.
Penyatuan itu akhirnya menjadi nyata demi sayangnya kanjeng Sri Sultan HB IX terhadap rakyatnya yang di kerahkan untuk keperluan penjajah kala itu.
Sungguh inilah bukti nyata apa yang dinamakan membuka Jogja untuk memperjuangkan hak sosial ekonomi budaya serta pertahanan adalah juga nyata.
Dasawarsa UU keistimewaan menunjukkan niat perubahan nyata dan ini terwujud nyata dengan gelontoran dana banyak dari Jakarta.
Perubahan nyata
Jantung kota Jogja Malioboro akhirnya menjadi nyata mendekati kota pedestrian dan juga sebagai wajah kota sudah mulai rapi adanya.
Proyek bandara YIA yang sungguh inilah pintu nasional dan internasional yang sudah terbuka untuk perubahan itu.
Namun perubahan itu ternyata bukan hanya kelebih baik seperti yang kita harapkan.
Masih banyak PR di utamakan perubahan sosial budaya  yang berujung negatif seperti klitih.
Juga ada sisi yang belum optimal masalah pengelolaan sampah yang kedodoran dan belum sadarnya warga untuk urus sampah sendiri adalah persolan lingkungan juga.
Bukan pengelolaan sampah tetapi perubahan sosial budaya dan ekonomi juga membawa implikasi seperti jalan tol yang habiskan kebun dan sawah warga perlu juga di kaji ulang untuk ngijoli atau tukar guling tanah negara jadi sawah itu harapan saya.