Jogja dan juga ingatkan diri serta kekuarga tentang fenomena klitih.
Saya menulis untuk ingatkan semua steakholder diKlitih bukan sebuah fenomena baru karena sudah timbulkan banyak korban, harta, benda, dan nyawa. Semua sudah bekerja keras untuk solid mencegah "perang geng pelajar"ini walau ketika di tangkap para klitih ini didalamnya ada alumni, pengangguran dan bahkan mahasiswa!
Sekarang nongkrong mereka bukan di angkringan atau kantin juga ditempat-tempat luas seperti alun-alun dan lapangan sepak bola.
Perekutan mereka adalah lewat teman sepermainan video game di hp mereka masing-masing.
Waspada klitih gelombang ke 2 adalah bisa jadi orang tua atau guru juga wali kelas boleh sidak hp atau tablet anak didik kita minimal tau WAG yang mereka ikuti atau Twitgrup juga Facebookgrup yang mereka ikuti.
Karena kemudahan medsos bisa jadi lancarkan "perekrutan anggota geng baru"dengam syarat yang mengerikan seperti mencoret nama geng sekolah lain di tembok sampai maaf bacok orang tanpa sebab.
Penyusupan geng klitih masuk pada agenda resmi misal MPLS dan juga lomba olah raga serta seni,  mereka memanfaatkan isu kekalahan sekolah mereka untuk hembuskan isu sentimen pribadi dan keunggulan semu sekolah  atas kekalahan mereka.
Inilah yang timbulkan rasa solidaritas semu dan mudah di gerakan untuk digerakan "ngedrop" atau menyerbu sekolah lain.
Info inilah yang bisa kita dengar dan manfaatkan untuk mencegah crash bisa jadi kita sebagai guru harus "hidupkan kehebatan naluri  intel kita" kerjasama dengan tempat nongkrong depan sekolsh atau kantin sekolah.
Ide gila lagi kita bisa "nyusup di grup medsos"anak-anak dengan link yang ditautkan dikelompok belajar online mereka.
Ide yang harus tidak harus kita bisa jalankan adalah jalin komunikasi terbaik dengan anak didik kita .