Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tumbal (45) Rapuh #3

2 Juli 2022   05:25 Diperbarui: 2 Juli 2022   06:29 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melanjutkan adalah sebuah keniscayaan karena aku harus berhadapan dengan hal baru.

Mulai lagi dengan melupakan bulan september dan entah kapan harus aku akan mulai menulis lagi tentang hari-hari panjang.

Hujan akhir juni ini semakin buat dingin dan rindunya kami atas semua kenangan ini. Seban menyerah itu adalah sebuah kekalahan diri yang tidak aku sukai selama ini.

Masalsh lama yang kami coba kami ungkap kebenarannya dan juga mengapa harus terjadi dan siapa sebemarnya kedua otang tua kami.

"Truk tentara itu membawa mereka kearah hutan jati itu dan semua bagai hilang di telan bumi"

"Sebelum eksekusi itu mereka menggali lubang mereka sendiri dan dor dor sebuah revolusi yang harus terjadi diatas namakan perang ideologi"

"sekali lagi aku bukan munculkan atau ubah lagi ideoligi mapan ini niatku intuk mencari kebenaran sejati"kataku kepada mereka yang curigs atas tindakan kami ini atas semua realita ini.

cukup satu ditelan bumi

tanpa prasangka

tanpa bisa membela

perang ideologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun