Jejak SO 1 Maret 1949, Peran media dan  tokoh sesuai zaman dan penguasa (01)
Peristiwa yang orang menyebutnya serangan dan pengambilalihan kekuasaan republik Indonesia atas agresi militer belanda di ibukota perjuangan Yogyakarta sebagai penentu untuk kembalinya kedaulatan republik Indonesia yang saat itu baru genap empat tahun sejak diproklamasikan 17 Agustus 1945.
Usulan dan tindak lanjut pemerintah untuk menetapkan tanggal 1 Maret sebagai hari kembalinya Kedaulatan negara dan sebagai hari libur nasional.
Usulan ini bak gayung bersambut dengan diadakannya sosialisasi dan seminar serta telaah akademis baik online maupun offline sungguh banggakan peran Jogja sebagai salah satu penentu kembalinya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia ke pangkuan ibu pertiwi.
Waktu menentukan bahwa fakta dan peristiwa sejarah ini sebagai bersatunya rakyat dan pemimpin serta para tokoh yang berpengaruh saat itu untuk memanfaatkan situasi saat itu.
Sungguh peristiwa bersejarah Serangan umum 1 Maret 1949 yang dapat menjadi inspirasi besar bagi pejuang untuk mempertahankan kedaulatan dari agresi militer Belanda 1945-1949.
Peran media sungguh menentukan bagaimana radio darurat  di kawasan  dusun Balong Gunung kidul mewartakan kejadian tersebut.
Peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 ini juga secara tidak langsung diberitakan media asing yang sedang meliput perundingan KTN yang berlangsung di hotel Garuda saat itu.
Peran kurir dan telik sandi untuk menginformasikan rencana penyerangan kota jogja itu juga signifikan sekali saat itu.
Sebagian besar juga keberhasilan serangan umum dilandasi berhasilnya para pencetus ide serangan umum yang ternyata dulu tidak pernah disebut diera pemerintahan Orde Baru yakni Sri Sultan Hamengkubuwono IX l, Panglima jendral Soedirman, letnan kolonel Bambang Hoegeng dan pemimpin operator lapangan Soeharto  serta pemimpin dan komandan  setiap werkheiser juga siapa komando yang membuat bersatunya rakyat dan tentara nasional saat itu untuk melawan agresi Belanda saat itu.