Resensi  Novel Pertemuan Karya  A. Datuk Pamuntjak (1927)
Buku lama  terbitan Balai Pustaka tahun 1927 ini seakan membuat kenangan lama itu muncul.
 Ciri khas buku yang dulu pernah saya baca waktu Sekolah Menengah pertama  ini masih kental berbahasa melayu. Inilah keunggulan pujangga lama A. Datuk Pamuntjak yang fenomenal dan abadi.
 Bagaimanapun novel percintaan dalam naskah kuno ini sungguh terlahir kembali. Ketika koleksi perpustakaan kami mendapatkan seri novel-novel lama yang "diterbitkan baru lagi".
Kita harus maklum didalamnya ada puisi dan prosa mewakili sang pengarang dalam menulisnya.
 Ini ciri khas drama khas tahun 1927an yang bernuansa pemaksaan perkawinan yang masih  berlangsung dan tidak bolehnya meningkatkan pendidikan (larangan bersekolah)
Akhirnya cerita semi realistik pada zamannya merubah apa yang dinamakan pemberontakan diri sang pujangga pada keadaan tersebut dimana pernikahan dan perjodohan yang dipaksakan padanya akhirnya kandas dan bisa menemukan cinta sejatinya di akhir ceritanya di novel ini.
Semua cerita di novel ini realistik karena ada data tentang penggalangan dana karena meletusnya gunung merapi di Jawa.Â
Sebuah informasi yang didapatnya dari koran-koran terbitan zaman kolonial saat itu(1927 waktu penjajahan masih berlangasung).
Bila semua ini nyata betapa sang pujangga sangat cerdas menyikapi fenomena yang ada saat itu dibawah tekanan masif penjajah dan sensor dari penguasa saat itu sungguh sebuah perjuangan "kata pemaksaan pernikahan dan perjodohan" adalah rasa diri, kesadaran diri untuk "tidak cocok" dan bercerai dengan "kekasih tanpa cinta" (penjajahan) untuk temukan cinta sejatinya (kemerdekaan).