Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Novel Pertemuan A. Datuk Pamuntjak (1927)

10 September 2021   09:37 Diperbarui: 10 September 2021   10:02 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Resensi  Novel Pertemuan Karya  A. Datuk Pamuntjak (1927)

Buku lama  terbitan Balai Pustaka tahun 1927 ini seakan membuat kenangan lama itu muncul.

 Ciri khas buku yang dulu pernah saya baca waktu Sekolah Menengah pertama  ini masih kental berbahasa melayu. Inilah keunggulan pujangga lama A. Datuk Pamuntjak yang fenomenal dan abadi.

 Bagaimanapun novel percintaan dalam naskah kuno ini sungguh terlahir kembali. Ketika koleksi perpustakaan kami mendapatkan seri novel-novel lama yang "diterbitkan baru lagi".

Kita harus maklum didalamnya ada puisi dan prosa mewakili sang pengarang dalam menulisnya.

 Ini ciri khas drama khas tahun 1927an yang bernuansa pemaksaan perkawinan yang masih  berlangsung dan tidak bolehnya meningkatkan pendidikan (larangan bersekolah)

Akhirnya cerita semi realistik pada zamannya merubah apa yang dinamakan pemberontakan diri sang pujangga pada keadaan tersebut dimana pernikahan dan perjodohan yang dipaksakan padanya akhirnya kandas dan bisa menemukan cinta sejatinya di akhir ceritanya di novel ini.

Semua cerita di novel ini realistik karena ada data tentang penggalangan dana karena meletusnya gunung merapi di Jawa. 

Sebuah informasi yang didapatnya dari koran-koran terbitan zaman kolonial saat itu(1927 waktu penjajahan masih berlangasung).

Bila semua ini nyata betapa sang pujangga sangat cerdas menyikapi fenomena yang ada saat itu dibawah tekanan masif penjajah dan sensor dari penguasa saat itu sungguh sebuah perjuangan "kata pemaksaan pernikahan dan perjodohan" adalah rasa diri, kesadaran diri untuk "tidak cocok" dan bercerai dengan "kekasih tanpa cinta" (penjajahan) untuk temukan cinta sejatinya (kemerdekaan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun