Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Makna Kekinian Malam 1 Suro (02)

7 Agustus 2021   16:16 Diperbarui: 7 Agustus 2021   17:10 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makna kekinian Malam 1 suro (02)

Sayyid jumianto


Malam 1 syuro tanggal 10 agutus 2021 adalah tahun baru islam dan jawa yang oleh Sultan Agung penanggalan jawa 1 suro adalah "sakral" sebagai pepeling (pemgingat)atas kebesaran Allah swt.

Makna perubahan kelebih baik adalah harapan nyata dalam pergantian tahun terutama tahun jawa. 

Tidak sama dengan pergantian tahun baru masehi atau tahun baru cina yang penuh hingar bingar hiburan dan penyulutan mercon serta atraksi kembang api, 

Maka tahun baru 1 suro ini di meriahkan dengan doa wirid dan suasana keprihatinan untuk kehidupan lebih baik kedepannya inilah perbedaan tahun baru jawa/islam dengan tahun baru masehi atau tahun baru cina.

Perlu diingatkan bahwa inilah 8 windu terakhir sejak tahun 2013 sampai tahun 2021 inilah windu sancahnya yang diharapkan lebih baik dan serba khalis ing sambikolo untuk gantikan windu sengoro yang banyak musibah terutama pandemi virus corona yang telah menelsn banyak korban semoga berakhir adanya.

Kita diingatkan betapa Tuhanlah yang memiliki segalanya di dunia. Allah swt yang sungguh menguji umatnya di seluruh negeri di dunia ini dengan cobaan virus covid 19.

1 suro bisa  bermakna adat dan juga mistisme(kejawen) yang intinya mohon kepada Tuhan untuk kehidupan yang lebih baik daripada tahun ini. 

Kehidupan sosial ekonomi, kesehatan juga aspek permohonan lain yang niatnya untuk memperjuangkan nasib yang lebih baik lagi sebagai inti doa " tahun baru," semua insan berharap demikian adanya.

Generasi sekarang mungkin saja hanya melihat mubeng beteng dan mengarak kerbau bule adalah sekedar upacara adat dan wisata an sich(,bila tidak dilarang karena saat ini masih PPKM ) itulah makna kulitnya saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun