Kebohomgan media tv berita nasional
Sayyid jumianto
Ketika pemerintah mengakuisisi TMII maka riuhlah media massa nasional memberitakannya menurut versi mereka masing-masing sebab kepres presiden J itu sebuah fakta untuk mengembalikan asset negara dari keluarga cendana juga sebuah fakta yang tidak terbantahkan lagi.
Asumsi vs fakta
Jebakan news pengambilan TMII seakan menjadi nyata karena sebuah fakta sedang berjalan sementara "komentator" sebagai nara sumber berpendapat secara pribadi yang didalamnya predeksi dan niat lain adalah sebuah fakta juga. Sebenarnya Ketika sebuah tv nasional menasbihkan diri sebagai tv berita sebenarnya adalah fakta yang di utamakan bukan asumsi atau predeksi dengan pengamat tertentu yang kompeten untuk menampilkan fakta bukan analisa atau predeksi pada suatu masalah tertentu.
Sebagai penikmat tv berita nasional sebenarnya mencari fakta bukan analisa seperti pertandingan sepak bola yang bolanya kelihatan ketika berhubungan dengan  politik, sosial dan budaya apalagi ekonomi bukan seorang ahli politik yang didatangkan sebagai narasumber, bila sesuai ahlinya janganlah digiring pada asumsi bahwa suatu peristiwa fakta itu kedepannya begini dan besok begitu, realita saja ungkapkan contoh pihak pengelola TMII tidak pernah bayar pajak diperkirakan ruhikan negara trilyunan rupiah asumsi dari pembawa acara dan tamu narasumber fakta pihak pengelola TMII bayar pajak ke pemerintah"  wah begitikah hard news di tv berita nasional kita? Atau tuntutan durasi dan iklan yang buat akal sehat redaktur mejen dan hilang akal? Apakah semua nara sumber kompeten terhadap masalah yang diperbincangkan?
Pertanyaan di benak saya karena "pengamat bohong" sedang banyak dipakai di tv berita nasional yang isinya debat kusir dan juga sekali lagi "predeksi" bukan fakta dan data!
#analisa fakta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H